Suasana ramai dan riuh oleh suara-suara pengunjung yang memenuhi area mall. Tania dan Lidya mulai berjalan-jalan usai menikmati makan siang di area food court yang luas dan beragam oleh menu yang tersaji.
Mereka berdua terlihat bahagia, tertawa dan berbincang bersama-sama menikmati suasana dan situasi yang penuh kelegaan saat Adit bisa mengatasi masalahnya dengan Luna di kantor tadi. Kalau saja Adit kecolongan menemui Luna menginformasikan bahwa ia istrinya, satu kantor mungkin akan memberikannya hukum sosial untuk anak semata wayangnya. Tak hanya itu, Surya akan marah besar dan mungkin mencabut semua aset yang telah diberikan untuk Adit sepenuhnya.
"Tante. Di sini ada tempat belanja favorit aku, lho!" Ungkap Tania memecah setengah lamunan Lidya. "Bajunya tuh bagus-bagus! Pokoknya ada yang cocok juga di Tante?"
"Oh iya?"
Tania mengangguk dan segera mengajak Lidya menuju pintu lift ke tempat yang ia maksud.
Meski Zaki anak angkat yang ia adopsi bersama Surya, tapi Zaki telah berhasil memberikan menantu sempurna untuknya. Lidya sangat senang bisa memiliki mantu seperti Tania ketimbang Luna yang tak ada artinya sama sekali.
Tania dan Lidya mulai memasuki toko fashion mewah, di kelilingi oleh pakaian desainer terkenal. Lidya terkesan dengan koleksi baru, sementara Tania langsung menuju rak favoritnya.
"Aku suka gaun dusty pink ini, Tante!" Kata Tania memperlihatkan baju model A-line dress tanpa lengan itu. "Gimana, Tante? Bagus, gak?"
"Cocok banget buat kamu!" Angguk Lidya.
"Serius, Tante?"
"Serius, dong! Masa Tante bohong. Kamu itu... Punya tubuh yang sempurna, cantik, terlihat cerdas dan pokoknya jauh banget deh dari Luna!"
Tania tertawa. "Tante kayaknya gak suka ya, sama Luna?"
Lidya mengangguk tegas. "Tante emang gak suka sama dia."
"Terus, kalau gak suka... Kenapa Tante setuju kalau Kak Adit menikah Luna?"
Lidya terdiam sejenak, memandang Tania dengan serius. "Tante terpaksa setuju karena Om Surya ingin cucu. Makanya, Tante pasrah dengan semua keputusannya."
Tania mengerutkan kening. "Tapi, Tante tahu kan, kalau Kak Adit itu mencintai Luna juga?"
Lidya menghela napas. "Adit itu hanya pura-pura cinta di depan Om Surya!"
Bulat mata Tania membelalak. Dengan rasa Keingintahuannya, ia menatap Luna serius bahkan mengajak Lidya untuk duduk sejenak di sebuah sofa yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Kok bisa si, Tan?"
Mula-mula Lidya menghela udara. Kemudian, ia mulai menceritakan seluruh kisah Adit bersama Luna dulu mulai dari alasan mereka terpaksa menikah di Malang sampai keputusan Surya untuk menikahkan mereka berdua. Lidya pun sesekali menyebut nama Ferdi di dalamnya.
"Oh, jadi begitu ya, Tan."
Lidya mengangguk dan kembali beranjak. "Aduh, Tania sayang, kenapa kita jadi bahas ini... Yuk kita belanja lagi?"
Tania menyengir dengan anggukan di kepala. Tapi, setidaknya Tania tahu sebuah alasan yang tak begitu penting baginya juga. "Tante mau baju apa? Biar Tania yang beliin!"
"Serius, kamu?"
"Iya dong, Tante. Masa Tania bohong."
"Kamu itu, mantu idaman Tante!"
"Tante bisa aja!"
Tania dan Lidya tertawa bersama, melupakan percakapan sebelumnya. Mereka melanjutkan berbelanja, mencari gaun yang tepat untuk Lidya.