. Pikirnya saat ia mengintip dari balik jendela.
"Pe-Permisi, Suster?" Ucap Zaki menyapa salah satu perawat yang melewatinya. "Maaf, Sus. Pasien di kamar ini, apa sudah pindah?"
"Nyonya Luna, sudah pulang, Pak."
Zaki membelalakkan bola matanya. "Pu-Pulang? Maaf, Suster... Bukankah dokter menyarankan untuk melakukan tindakan operasi kemarin? Memangnya... Kondisinya sudah membaik?"
Perawat mengangguk. "Benar, Pak. Dokter memang merencanakan operasi, tapi kondisi Nyonya Luna membaik secara tiba-tiba. Dan suami Nyonya Luna meminta istrinya untuk segera dipulangkan."
Zaki terkejut. "Tiba-tiba membaik?"
"Betul, Pak. Maaf, Pak. Kalau begitu, saya permisi dulu."
Zaki mengangguk sambil menatap perawat yang berlalu. Merasa ada sesuatu yang membuat hatinya tak tenang perihal kondisi Luna, ia memutuskan untuk menelpon Adit.
"Halo?" Begitu suara dari sambungan luar sana.
"Kak, Luna udah pulang? Bukannya dia harus operasi?"
"Kata Dokter, kondisi Luna tiba-tiba membaik."
"Me-Membaik gimana maksudnya, Kak? Lo lihat sendiri kan, Luna kemarin seperti apa..."
"Zaki, Luna itu cuma kena benturan aja di punggung. Gak perlu tindakan operasi!"
"Tap..."
"Lagipula, lo kenapa si peduli banget sama istri gue?"
Zaki tertelan. Lo gak berhak bicara seperti itu, Kak. Gue peduli karena Luna kekasih gue! Apalagi lo udah sakitin dia, gue gak rela!
"Ini gak ada urusannya sama lo."
Tuuuut.
**********
Tania mendapati Zaki pulang. Derum suara mobilnya terdengar, memancing ia bergerak menghampiri suaminya yang nampak beringsut turun dari dalam mobil.
"Kamu darimana aja, Mas?"
Zaki membisu.
Tania melihat ekspresi Zaki yang murung dan khawatir.
"Aku dengar dari Kak Adit kalau kamu sempat nolong Luna kena rampok di jalan, tapi dia celaka dan masuk rumah sakit?" Tania membulatkan bibirnya membentuk vokal O. "Kamu bela-belain menginap di rumah sakit demi memastikan kondisi dia baik-baik aja, gitu?!"
Zaki tertelan dengan mata kosongnya.
"Aku tahu, kamu begitu mencintai Luna, dan maka dari itu kamu peduli banget sama dia. Iya, kan?"
Tania melihat Zaki tidak menjawab dan terus diam, membuatnya semakin penasaran. "Kamu begitu mencintai Luna sampai-sampai kamu lupa kalau aku ini istri kamu, Zaki!"
Mata Zaki bergerak menatap Tania. "Kamu bisa gak, berhenti bicara!"
Tania tersenyum pahit sembari menarik sebelah alis naik ke atas "Berhenti? Aku gak akan berhenti sebelum aku bisa mendapatkan apa yang seharusnya ini menjadi milik aku, Mas!"
Zaki berpaling dan berlalu pergi. Ia seolah tak peduli dengan Tania, langkahnya terbirit hingga hilang dari pandangan.
Sementara, langkah Zaki tiba-tiba terhenti saat mendapati Luna yang saat itu keluar dari kamarnya dengan sebuah tongkat. Tania yang ternyata mengejar Zaki dari belakang, sejenak mendapati adegan keduanya yang saling menatap cukup lama.