Zaki tidak bisa tidur bukan karena dirinya merasa bersalah kepada Tania. Ia melihat wanita itu tertidur pulas, tapi pikirannya menerawang membayangi Luna dan memikirkannya hingga sampai saat ini.
Hipotermia. Lagi-lagi, Zaki di khawatirkan oleh penyakit yang mungkin saja di idap Luna. Ia masih ingat pada saat tubuh Luna yang tiba-tiba menggigil kedinginan ketika mereka bermain hujan dulu. Hal ini mungkin akan sama terjadi pada Luna sekarang. Apalagi saat Ia masuk ke kamar Adit, Apa Luna pisah ranjang dengan Adit selama ini? Dan, Adit tega membiarkan Luna tidur di bawah lantai berteman dingin? Apa dia baik-baik saja? Kalimat itu yang selalu ada dalam benaknya sampai sekarang.
Tania melakukan itu mungkin memang karena Ia emosi oleh sakit hati dan rasa cemburu. Tapi, hal itu nyaris membahayakan Luna.
Zaki langsung turun dari tempat tidur dan berjalan mengendap-endap meninggalkan kamar. Ia ingin memastikan bahwa Luna dalam keadaan baik.
Di lain hal, apa yang Zaki duga dan pikirkan, benar. Hanya beralaskan karpet dan selimut tak dapat menutupi hawa dinginnya yang Luna rasakan saat ini. Tubuhnya menggigil sambil sesekali bergumam kedinginan. Hingga, membuat Adit terganggu dan tak bisa tidur.
Dari atas ranjang tidurnya, Ia melihat wanita itu meringkuk berselimut tebal. Namun hal itu tak membuat Ia bersikap tuk mendapati istrinya. Rasa benci dan tak cinta Adit benar-benar menguasainya. Hingga Luna terbangun dari tdurnya dan berjalan melangkah keluar dari kamar.
Luna melipat kedua lengan di bawah dada menghalau hawa dingin yang semakin menusuk pori-pori kulitnya. Meneguk minuman hangat mungkin akan membuatnya lebih baik.
Luna berjalan keluar kamar. Namun, langkahnya terhenti saat mendapati Zaki yang entah sudah berapa lama mematung di ambang pintu kamarnya dan membuat Luna benar terkejut. Memancing, Adit yang sedari tadi hanya sibuk mengamati, ikut bergerak turun mendekati keduanya.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya Zaki kemudian.
Ini adalah kalimat pertama yang sudah lama tak terdengar dari telinga Luna. Kalimat itu membuat kelopak mata Luna menghangat, memulihkan sesuatu yang tak dapat tertahan. "Ma-Mas Zaki."
"Ngapain lo di sini?" Ungkap Adit setibanya Ia berada dekat dengan mereka, sambil menatap keduanya bergantian.
Zaki tidak menjawab pertanyaan Adit, melainkan terus memandang Luna dengan khawatir. "Kamu kedinginan. Aku bawa segelas air teh hangat. Tunggu sebentar."
Zaki menuju dapur. Sementara, Adit masih terus berdiam menjaga Luna yang rasanya nampak cemas oleh raut wajah Adit yang sekilas menunjukkan kecurigaan.
"Mas Zaki..."
"Kamu pikir aku cemburu?" Tukas Adit. "Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Luna tertelan. Tak lama, ia mendapati Zaki kembali dengan segelas teh hangat dengan sedikit irisan jahe untuknya.
"Minumlah." Pinta Zaki. Matanya menatap Adit, saat Luna menuruti perkataannya. "Suami mana yang tega ngebiarin istrinya kedinginan?"
Adit mendesis sembari melibatkan kedua lengannya di bawah dada.
"Gue gak ada apa perasaan apa-apa, tapi gue khawatir dia kenapa-kenapa." Lanjut Zaki. Pernyataan itu membuat Luna sempat menatapnya. Maafin aku yang membohongi perasaanku kalau aku masih mencintai kamu, Luna.
Zaki berbalik dan beranjak pergi. Sementara, Adit berdeham panjang saat mata Luna masih mengamati batang Zaki yang berlalu.
"Ada hubungan apa kamu sama dia?"