Luka Naina

fitrihaida
Chapter #3

Pertemuan yang Tak Diharapkan

Hari ini Naina bangun pagi-pagi sekali jauh dari biasa ia bangun. Gadis manis itu begitu semangat meningiat hari ini ia akan mulai bekerja di suatu perusahaan yang cukup besar di kota Jakarta ini.

Hati Naina sangat senang, senyum di bibirnya tak pernah pudar kala ia membayangkan akhirnya ia tidak lagi pengangguran walaupun gadis itu bekerja sebagai girls office setidaknya ia bisa menghasilkan uang sendiri tanpa bantuan orang lain dan tentu saja Naina tidak lagi bergantung pada Yulia.

Naina cukup bersyukur walaupun tidak sebagai staf setidaknya masih ada perusahaan yang mau menerimanya walaupun hanya sebagai cleaning servis yang penting ia bisa menghasilkan uang sendiri.

Ini adalah hari yang di tunggu-tunggu Naina selama ini mengingat selama ini tidak ada perusahaan yang menerimanya bekerja secara cuma-cuma tanpa keahlian khusus.

"Good," gumam Naina menatap wajahnya dari pantulan cermin, gadis itu hanya berpenampilan natural tanpa polesan make up tebal. Cukup dengan bedak tabur dan lipstik penghalang bibir pucatnya.

Naina segera mengambil tas sandangnya, berjalan cepat meninggalkan rumah menghambat angkot kota di depan gang rumah.

Usai di tempat yang di tuju, Naina langsung turun dari angkot setelah membayar ongkos. Naina terkagum melihat gedung yang menjulang tinggi itu sekitar 20–an lantai. 

Naina melangkah masuk ke dalam. Interior perusahaannya terkesan mewah dan elegan, suasana kantor masih sepi karena ini masih jam 6 pagi dan hanya CS yang bergegas untuk bekerja. Karena dari yang Naina dengar sebelum para staf berdatangan untuk bekerja kantor harus bersih, mulus, dan tentu saja Naina menyadari hal itu melihat begitu banyak CS yang di pekerjakan.

Naina pun langsung ke ruang ganti untuk mengganti bajunya dengan seragam CS dan mulai bekerja dengan giat bersama karyawan lainnya.

Cukup lama mereka bekerja hampir tengah hari sampai kerjaan Naina terhenti ketika mendengar teguran seseorang.

"Hei pekerja baru, kemari!" ujar salah satu CS wanita yang kelihatannya tidak jauh diatas Naina usianya.

"Sa—saya?" gugup Naina.

"Iya kamu. Kemari!"

Naina langsung meletakkan sapunya dan segera menghampiri wanita itu, "Ada apa Mbak?" tanyanya sopan.

"Ikut saya! Kamu di panggil ketua CS." Gadis itu berjalan lebih dulu diikuti oleh Naina dari belakang.

Lihat selengkapnya