Yulia melepas pelukan mereka seraya menatap Naina dengan intens. "Ngomong-ngomong, kerja bagian apa? Kok bisa pulang jam segini?"
"Naina kerja bagian cleaning servis Yul, dan Naina masuk sif pagi," jawab Naina seadanya.
Yulia hanya ber-oh riah, "Tapi Na, bukannya lo pengen banget ya jadi akuntan, kok Lo kerja cleaning servis sih?" tanya Yulia kembali mengingat keinginan Naina yang dulu pernah di ceritakan Naina kepada Yulia.
"Ga papa Yul untuk sementara, Naina yakin suatu saat Naina bisa bekerja sebagai staf," jawab Naina sedikit merasa sedih mengingat cita-citanya yang selama ini didambakannya.
"Iyah, gue juga yakin kok," kata Yulia menyemangati Naina.
"So, lo kerja dimana? Cafe, kantor atau di PT?" tanya Yulia antusias. Naina tiba-tiba murung, "Perusahaan, Yul," jawabnya.
"Perusahaan?" ulang Yulia. Naina mengangguk membenarkan.
"Hebat dong, siapa tahu lo punya peluang untuk jadi staf di sana."
"Emang bisa yah?" tanya Naina langsung.
"Bisa lah, kalo buka lamaran baru. Nah lo coba aja mana tau jebol." Yulia menjelaskan sambil bersedekap.
"Lo kerja di perusahaan mana?" tambah Yulia bertanya.
"Kingmerz Group"
"What? Lo serius?
"Gak becanda kan lo?" Yulia menanyai Naina menggebu membuat gadis itu bergidik keheranan.
"Apaan sih Yul? Biasa aja!" Naina berdecak.
"Oh, Naina," gumam Yulia geram. Naina yang tidak mengerti maksud Yulia tampak begitu kesal.
Yulia menangkap kedua bahu Naina, memegangnya dengan erat, "Lo tahu, CEO perusahaan itu cowok yang lo sembur waktu di kafe," jelas Yulia menatap mata Naina dengan intens.
"Apa?" kejut Naina sontak langsung menutup mulutnya yang tiba-tiba terbuka lebar dengan kedua telapak tangan.
"Yul, gak lucu, Naina takut nih," rengek Naina ketakutan. Langsung menepis dekapan Yulia di bahunya.
Yulia berdecak, "Lo pikir gue becanda? Gak untung juga," judesnya.
"Emang lo bisa bikin gue haji sekarang kalau gue bohong," tambahnya.