Kembali Naina berdiri dihadapan gedung tinggi ini, kali ini ia tak se–semangat kemarin. Kakinya sangat berat melangkah untuk masuk ke dalam, seluruh tubuhnya terasa kaku.
Ketakutan menghantui Naina, membayangkan hal buruk apa yang akan terjadi padanya saat ia melangkah masuk, tetapi kata-kata semangat dari Yulia terus terngiang memenuhi isi kepalanya.
Demi untuk tidak mengecewakan sahabatnya. Naina pun harus melawan rasa takutnya memberanikan diri melangkah masuk ke dalam setelah mengumpulkan penuh keyakinan dalam dirinya.
Sesampainya di dalam, Naina langsung di hampiri oleh Nanda, "Hei pekerja baru! Apa yang kau lakukan?" tanyanya ketus.
"Kau membuatku ikut tertarik dalam masalah–mu," tambahnya. Naina memilih diam saat Nanda menegurnya.
"Pergi keruang CEO, Pak Demirza memanggil kamu," kata Nanda memberitahu.
Mendengar penjelasan Nanda, Naina terkesima. Kini ia merasa benar-benar terpuruk dalam ngarai. Dengan berat hati, Naina pun pergi mematuhi perintah Nanda untuk menghadap seseorang yang telah menunggunya. Entah apa yang akan dilakukan pria itu nanti kepadanya, Naina pun tidak tahu. Satu hal Yang Naina harapkan semoga ia tidak berakhir di jeruji besi.
Sesampainya di tempat. Naina mengetuk pintu dengan tangan bergetar hebat, tubuhnya dibanjiri keringat. Sahutan dingin dari dalam membuat bulu kuduknya me–remang.
Naina masuk dengan langkah pelan. Ruangan yang didominasi abu-abu hitam ini entah mengapa terasa begitu mencekam.