LUKA RAMA

Erik Fernando
Chapter #1

TANAH ASAL

Bukittinggi, akhir 1998.

Kabut pagi selalu turun pelan dari punggung gunung, menyelimuti sawah dan rumah-rumah papan di pinggir jalan kampung. Di sebuah rumah kayu yang catnya mulai mengelupas, Rama remaja duduk di tangga bambu, menatap jalan tanah merah yang berujung di pasar kecil. Suara ayam dan beduk subuh sudah lewat, tapi langit masih kelabu.

Ibunya masih tidur di dalam, tubuhnya lelah karena semalaman menyiapkan sayur untuk dijual. Ayahnya sudah lama hilang — entah ke mana. Orang bilang ke Jambi, orang lain bilang ke Malaysia, tapi tak pernah kembali. Rama belajar sejak kecil bahwa di dunia ini, ada dua jenis orang: yang pergi, dan yang menunggu.

Rama tidak suka menunggu.

Lihat selengkapnya