Awal 2000-an.
Jakarta sedang tumbuh cepat — tapi yang tumbuh lebih cepat adalah kemiskinannya. Di bawah jembatan layang, orang tidur di atas tikar plastik. Di sisi lain, gedung-gedung baru berdiri dengan pendingin ruangan dan parkir mobil mewah.
Tiga tahun di Jakarta cukup untuk mengubah cara Rama menatap dunia. Ia bukan lagi bocah kampung yang takut darah. Sekarang darah adalah bagian dari rutinitas.
Rama mulai ikut jadi tukang parkir liar di terminal Kampung Melayu, kadang ikut menarik uang setoran pedagang kaki lima. Hidupnya mulai bersinggungan dengan orang-orang yang hanya percaya pada dua hal: kekerasan dan uang tunai.