LUKA SEORANG SANTRIWATI

Flora Darma Xu
Chapter #2

BAB 1. DI AL-BAYT AL-MA'MUR

Jum'at, 2020, Serang. Pukul 04.50

Suara adzan subuh yang syahdu berkumandang dari minaret Masjid Al-Bayt Al-Ma'mur. Lamat-lamat, suara iqomah terdengar, disusul takbir dari sang imam. Setelah membacakan tahiyat dalam hati, Kyai Ahmad Maulana mulai membacakan surah Al-Fatiha dengan khusyu. Suaranya yang takzim membuat ruangan Masjid yang megah dan luas terasa menggemakan ruhnya. Akhir Surah ini diaminkan oleh seluruh makmum dan makmumah, dilanjutkan dengan Surah Al-Buruj.

Sementara itu, di atas kubah masjid, bulan sabit tampak di antara awan-awan tipis yang bergerak perlahan tertiup angin dari arah timur. Untuk beberapa saat, langit menjadi terang, namun hening, seakan meresapi dan memberkati sujud para jamaah sholat di masjid itu.

Beberapa saat kemudian, suara aamiin kedua terdengar dilanjutkan dengan Surah Al-Tariq. Tak jauh dari posisi bulan itu, dua buah titik cahaya menembus turbelensi atmosfer, hingga tampak berkelip memberkati semua do'a-do'a yang di panjatkan dari bumi. Suara salam dari Kyai Ahmad, menandakan akhir dari shalat dini hari ini.

Para jamaah saling bersalaman, beberapa orang pergi meninggalkan masjid, sementara yang lain melanjutkan do'a dengan membaca Al-Qur'an atau sekedar bertasbih.

Dalam mihrab, Kyai Ahmad kembali berdiri melakukan takbir untuk melakukan sholat hajat. Di antara orang-orang yang duduk tampak Ustadz Jaser dan Naufal duduk dengan khusyu dalam bacaan masing-masing. Tiga orang makmumah tampak mengikuti apa yang dikerjakan oleh Kyai Ahmad, akan tetapi mereka mengakhirinya dengan lebih cepat.

Di akhir rakaat keempat, Kyai Ahmad menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam. Ustadz Jaser mengucapkan ''shadaqallahul adzim,'' lalu menutup aplikasi Qur'anKu pada smartphone-nya, disampingnya Naufal berhenti memutar kalung tasbih. Sementara Salsa, Ifeta, Inaya, berdiri melipat mukena masing-masing.

Ketika Kyai Ahmad memutar badanya. Ustad Jaser memberi kode untuk mendekat kepada ketiga siswinya.

''Sebelum berangkat, ada baiknya kalian sungkem terlebih dahulu pada Kyai Ahmad, agar perjalanan kalian diberkati dengan iringan do'a-do'anya,'' kata Ustadz Jaser. ''Saya akan hangatkan mobil dulu dan saya tunggu kalian di lapangan kalau sudah selesai.''

Ustadz Jaser bangkit dari tempat duduknya. Naufal segera memimpin acara sungkem itu dan disusul dengan teman-teman yang lain.

''Kyai, kami minta restu dan do'anya untuk perjalanan kami hari ini,'' kata Naufal pada Kyai Ahmad.

''Saya berkati keberangkatan kalian dengan doa yang tak patah-patahnya dari dalam sanubari,'' ujar Kyai sambil memegang ubun-ubun kepala Naufal, Salsa, lalu Ifeta dan Inaya. Dari mulutnya keluar lafadz ayat-ayat yang tidak mereka kuasai. ''Ingat tujuan utama kalian sampai di puncak sana?''

''Insha Allah, Kyai,'' jawab keempat santri serempak.

Lalu keempat santri itu keluar dari Masjid digiring oleh Kyai Ahmad dengan bacan ''la hawala wala quwata illa billa,'' berulang-ulang.

Mereka menuju lapangan dimana terkumpul empat buah carrier dan beberapa peralatan mendaki.

Keempat santri ini adalah murid-murid berprestasi di Pesantren Daar Al-Ilmi yang ditunjuk untuk mewakili angkatan kelas dalam melakukan hiking di Gunung Ciremai. Kegiatan napak tilas ini ditujukan untuk membuat merekam perjalan spiritual seorang tokoh penyebar agama islam di Serang yang mewarnai perjuangan keluarga besar pendiri pesantren ini. Juga untuk mempelajari ilmu tentang pendakian yang apada akhirnya akan dibagikan pada murid-murid yang lain.

Kegiatan mendaki ini akan dipandu oleh Ustadz Jaser Misbullah, staf pendidik Pesantren Daar Al-Ilmi berusia 33 tahun yang terkenal sangat atletik karena selain mengajar IPA ia juga guru olahraga. Setiap angkata kelas diwakili oleh seorang santri yang memiliki fisik dan mental yang kuat, dua kualitas yang menetukan kemampuan untuk bertahan hidup di alam liar. Akan tetapi atas pertimbangan Kyai Ahmad Maulana, Kepala Pesantren Daar Al-Ilmi, Ifeta dan Inaya, sepasang santriwati kembar identik dipilih dari angkatan kelas 1 yang memiliki kepandaian dalam bidang olahraga. Dari angkatan kelas 2 ada Salsabila, Ketua Kelas IPA unggul. Dan akhir sekali dari angkatan kelas 3 ada Naufal Pahlevi, Ketua Osis, yang digadang-gadang oleh Ustadz Jaser akan memimpin regu pendakian. Keputusan itu akan dikeluarkan subuh ini, dengan pertimbangan hasil beberapa tes yang dilaluinya melawan Salsa kemarin sore.

Dilihat dari penampilan fisik, Salsa yang melebihi ukuran rata-rata, sekilas saja orang akan mengandalkanya untuk mewakili kelas. Salsa sendiri tidak keberatan diutus untuk melakukan kegiatan menantang nyali ini, sebab ini akan menjadi pengalaman hidup yang berharga baginya kelak. Namun, Salsa yang berbadan ramping dari rajin berpuasa Senin Kamis itu, masih kalah tangkas dari sepasang olahragawati andalan sekolah, Ifeta dan Inaya. Apalagi dibanding Naufal yang berbadan kekar.

Salsa, Ifeta, Inaya, Naufal, berdiri tegak dengan tangan terlipat di belakang pinggang, menunggu komando dari Ustadaz Jaser. Ustadz Jaser dan Kyai Ahmad sedang membahas Perkiraan Cuaca hari ini yang mereka lihat pada aplikasi smartphone.

''Sepertinya, cuaca yang diperkiraan sejak hari kemarin, terlihat cerah hari ini tidak berubah,'' kata Ustadz Jaser.

Kyai Ahmad mengangguk puas.

''Kalau begitu, mari kita umumkan ketua regu sekarang,''bisik Kyai Ahmad sebelum menghampiri keempat santri itu.

''Selamat pagi semua,'' sapa Ustadz Jaser.

Lihat selengkapnya