Hari ini adalah perayaan HUT sekolah yang sudah berdiri selama 38 tahun. Band kak Haru yang bernama Hazelwani juga turut memeriahkan suasana dengan bermain musik di atas panggung. Kak Haru bernyanyi lagu Yovie and Nuno yang berjudul Tak Setampan Romeo. Banyak siswa yang bertepuk tangan dengan riuh. Mereka juga menikmati musik sambil ikut bernyanyi. Selain itu ada beberapa stan yang didirikan oleh para siswa kelas sepuluh. Stan-stan kecil itu menarik sekali. Ada yang jual makanan, cemilan, minuman, aksesoris, ramalan kartu tarot, maid cafe, dan sebagainya. Aku dan Kusniyah berusaha menerobos untuk sampai dibarisan depan di dekat panggung. Namun ternyata gandengan tanganku terpisah dari Kusniyah. Aku berusaha meraih tangannya yang tertinggal di belakang. Pada akhirnya aku memutuskan untuk segera ke barisan paling belakang dimana Kusniyah berada.
“Badanku serasa diayak,” kataku sambil tertawa.
“Kenapa kamu malah disini, say. Seharusnya kamu tetap berjuang berada di barisan depan untuk melihat pacarmu itu. Huh, masa kalah dengan ciwi-ciwi yang tergila-gila dengan band Hazelwani! Hana, kamu harus lebih percaya diri. Kamu nggak boleh kalah dari mereka. Lagipula kan lagu itu ditujukan untukmu.”
Aku pun hanya menanggapinya dengan senyum. Tak jauh dari sana ada stan minuman. Ku tarik tangan Kusniyah dan duduk disana. Kami berdua menikmati lagu yang ditampilkan oleh band Hazelwani dari kejauhan.
“Nona, ingin pesan apa?” aku terkejut dengan kehadiran seorang remaja laki-laki yang mengenakan kostum pelayan cosplay. Rambutnya berwarna pirang, mengenakan kacamata di sebelah kanan, dan menggantung kain putih di lengan kirinya. Ia segera mengeluarkan notes kecil dari dalam saku celananya.
Kusniyah hanya terdiam. Lebih tepatnya agak terkejut dengan dandanan siswa itu. Tidak lama ia tertawa cekikikkan. Siswa yang berperan sebagai pelayan tersebut menunjukkan wajah cemberutnya.
“Dek, siapa yang menyuruhmu berpakaian seperti itu? Makanya tadi kamu berangkat pagi banget dengan raut wajah aneh. Hahaha.. ternyata..,”
“Iya, menyebalkan sih kak. Ini semua gara-gara teman-teman sekelas yang punya rencana membuat maid cafe disini. Ukh, menyebalkan! Hanya karena aku ganteng..,”
Aku terkejut karena ternyata mereka berdua saling mengenal. Aku melihat ke arah Kusniyah. Dia pun menyadari keterbingunganku. Kusniyah berhenti tertawa.
“Hana, perkenalkan. Dia adalah adikku. Namanya Kenzo. Iya kan, Ken-chan?” Kusniyah memperkenalkannya sambil sedikit menggoda. Pelayan dari maid cafe yang tadinya cemberut, sekarang raut wajahnya berubah memerah.
“Jangan panggil aku begitu. Namaku Kenzo. Kenzo Januarta.”
“Lahir di bulan Januari di Jakarta. Makanya namanya Januarta,” imbuh Kusniyah.
Aku pun tersenyum mendengarnya. Rupanya nama seseorang juga mengandung arti yang bagus dan tidak terduga. Aku menjadi berharap kelak adik yang masih berada di perut mama juga akan memiliki arti nama yang baik. Aku menjadi tidak sabar menunggu kehadirannya di dunia ini.
“Nona, sedari tadi anda selalu tersenyum. Apakah kehadiran saya yang membuatmu bahagia?”
“Nona, nona! Sudah jangan ganggu dia. Kakak tahu, kamu mau godain dia kan. Issh, Hana sudah ada yang punya!”
“Owh, jadi namanya Hana. Namanya manis sekali.”
“Eh, eh kalau kamu manggilnya kak Hana ya! Dia kan kakak kelasmu, dek,” seru Kusniyah sambil mengacung-acungkan jarinya ke arah Kenzo.
“Uhm, aku pesan menu macaron dan air putih deh. Kalau kamu pesan apa, Kus?” tanyaku sambil membaca buku menu yang baru saja diberikan oleh Kenzo padaku. Kusniyah ikut membaca menu tersebut.
“Emm.. aku pesan es teh ajah! Panas banget ini hawanya!”
“Jadi nona Hana dan nona Kusniyah memesan menu macaron, segelas air putih, dan segelas ice tea. Sila..,”
“Ice tea ice tea.. es teh!” seru Kusniyah sambil kegerahan. Dia mengibas-ngibaskan buku menu seperti kipas ke arahnya. Kusniyah memang agak terlalu berkeringat.
“Yee.. sama ajah!” Kenzo memonyongkan bibirnya ke arah kakaknya. Aku pun tertawa kecil melihat tingkah kakak beradik ini. “Silakan menunggu ya, nona Hana dan nyonya Kusniyah!”
Setelah mengatakannya, Kenzo membungkukkan setengah badannya dan kembali ke tempat dimana maid cafe lainnya berkumpul.
“Pinter banget kalau meledek kakaknya! Huh, sebal!”
“Justru aku yang cemburu sama kamu! Kalian terlihat begitu akrab. Beda dengan aku dan kak Haru,” ucapku malu.
Kusniyah langsung mendelik dan memegang kedua pundakku.
“Ya jelas beda lah, Han! Aku dan Kenzo itu kakak beradik. Tapi kamu dan Haru kan sekarang sudah jadi sepasang kekasih.”
“Terkadang aku sempat berpikir apakah perasaan yang aku miliki ini benar-benar cinta atau bukan. Bahkan di saat aku belum menyadari perasaanku ini, Zuna sudah mengetahuinya duluan. Dia juga menyadari bahwa aku dan kak Haru memiliki perasaan yang sama. Perasaan yang sungguh berbeda dengan apa yang dimiliki oleh kakak beradik.”
“Kamu masih memanggilnya kakak juga. Kamu beneran menganggap dia pacar nggak sih, Han?” ucapan Kusniyah membuatku kembali tertawa. Kusniyah yang aku kenal biasanya adalah gadis yang agak lemot dalam memahami suatu hal. Mungkin hawa panas membuatnya berpikir terlalu jernih. Padahal biasanya Reta yang paling sering mengomeliku seperti ini.
“Aku sudah terbiasa memanggilnya kakak. Kak Haru juga nggak masalah,” ucapku sembari menyembunyikan wajahku yang memerah kala menyadari kak Haru dan teman-teman band nya sudah berdiri di belakang Kusniyah.
“Iya. Aku nggak masalah tuh dia manggil aku kakak kek, kakek kek, yang penting sayangnya sama aku doang!” suara Haru dan seruan teman-teman satu band-nya membuat Kusniyah terkejut dengan kehadiran mereka. Mataku sedikit melirik ke arah Zeno yang juga ikut tertawa. Aku menarik nafas lega. Paling tidak, kejadian dimana Zeno menyatakan perasaannya sudah berlalu.
Haru duduk di sebelahku. Sementara Zeno duduk di sebelah Kusniyah. Eldo, Ridwan, dan Iwan mengambil kursi tambahan dan duduk berjejer di depan mejaku.
“Jadi gimana? Apa ortu kalian sudah mengetahui hubungan baru ini?” pertanyaan Kusniyah membuatku agak terkejut. Mataku melirik ke arah kak Haru yang juga sengaja melihat ke arah lain.
“Belum. Kami belum cerita,” ucapku kemudian.
“Kenapa?” lalu Kusniyah beralih melihat ke arah Haru. “Heh, Haru! Kamu harus jantan dong! Kamu yang harus menjelaskan hubungan kalian kepada om dan tante.”
“Iya, bawel! Wee,” sahut kak Haru sembari memeletkan lidah. Kusniyah berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepala.
“Ini minuman air putih dan sepiring macaron untuk nona Hana,” Kenzo meletakkan pesanan di atas mejaku. Lalu dia meletakkan pesanan Kusniyah juga. “Ini es teh spesial untuk kakak tersayang.”