Luka Tanpa Asa 2

Aijin Isbatikah
Chapter #11

11| Yumi-chan Datang

Akhirnya hari ini datang juga! Tiga bulan berlalu begitu cepat. Yumi bakalan datang berkunjung ke rumahku. Ini kali pertama ia pergi ke luar negeri. Papa Adiguna yang mengetahui rencana kedatangan Yumi sebelumnya, beliau langsung menyiapkan tiket pesawat pulang-pergi untuknya. Aku sangat berterima kasih pada papa. Beliau berkata semua itu dilakukan karena Yumi juga salah satu bagian dari orang yang penting bagiku. Orang yang penting bagiku itu juga sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Mataku serasa berkaca-kaca mendengarkan penjelasan papa. Ternyata beliau sesayang itu padaku.

Siang ini Yumi sudah sampai di bandara Juanda. Aku dan kak Haru yang bertugas menjemput Yumi disana. Sementara mama, Reta, Kusniyah, dan teman-teman band kak Haru yang menyiapkan kejutan untuk kedatangan sahabatku itu.

“Kak, masih belum sampai juga ya? Yumi sudah sampai sedari tadi dan sekarang dia malah berpindah tempat menunggu di depan,” tanyaku kebingungan.

“Depan? Depan mana? Ini kita sudah hampir sampai sih,” kata kak Haru sambil menyetir dan masih fokus melihat jalanan. Mobil kami mulai memasuki area bandara Juanda. “Tadi kan aku bilang kalau Yumi nunggu saja di area kedatangan. Biar kita yang jemput dia.”

Aku tidak menjawab. Diriku masih terfokus mengetik pesan pada Yumi. Mobil kami mulai menyusuri jalanan menuju area penjemputan.

“Hana, kamu turun saja dulu. Aku parkir mobil dan akan menyusulmu disini.”

“Duh! Yumi belum membalas pesanku lagi!”

“Eh, itu bukannya Yumi ya? Perempuan yang memakai kaos berwarna kuning dan celana kargo?” tanya kak Haru tiba-tiba. Aku segera melihat ke arah depan kaca mobil. Ternyata benar! Terlihat Yumi yang sedang berdiri mengobrol dengan seorang pria tua. Setelah kak Haru menghentikan mobilnya, aku segera turun dan menghampiri Yumi.

“Yumi-chan!” panggilku. Gadis berkacamata itu berbalik. Aku pun segera memeluknya erat. “Yattaaa! Daijoubu desu ka? (Syukurlah! Apakah kamu baik-baik saja?)”

Yumi menganggukkan kepalanya.

Hai', daijoubu desu (saya baik-baik saja),” ucap Yumi dengan wajah datar. Lantas ia berbalik lagi dan membungkukkan setengah badannya di depan seorang pria tua. “Ano, ojisan, arigatoo gozaimasu. Terima kasih.”

“Iya, iya. Sama-sama. Untung saja sudah bertemu dengan temannya ya,” ucap beliau dengan senyuman ramah. Aku pun juga membalas senyumannya.

“Hana, apa Yumi sudah ketemu?” panggil kak Haru. Ia berlari-lari kecil menghampiriku. Aku menganggukkan kepala.

“Yumi-chan, ini kak Haru. Kak, perkenalkan ini Yumi.”

Kak Haru hendak menyalaminya, namun Yumi menyalaminya sembari membungkukkan setengah tubuhnya. Melihat perkenalan diri mereka membuat kak Haru terlihat agak canggung. Pria tua yang masih berdiri di sebelah Yumi langsung tertawa kecil.

“Ya sudah. Mas, mbak, saya pergi dulu nggeh. Saya mau kerja lagi. Sampai jumpa lagi, mbak Yumi.”

Yumi melambaikan tangannya dengan tetap berwajah datar.

“Tadi Yumi menggunakan jasa porter?” tanya kak Haru. Karena ia merasa jika Yumi hanya membawa satu koper dan itu pun terlihat dipegang oleh Yumi sedari tadi.

“Porter? Apa itu kak?” tanyaku bingung.

“Seseorang yang dibayar untuk membantu membawakan barang milik orang lain. Apa bapak tadi membantu Yumi membawakan koper?”

Aku pun bertanya pada Yumi dalam bahasa Jepang. Ternyata ia memiliki kisah kecil yang membuatku tertawa. Kak Haru melihat kami dengan wajah cengok.

Akhirnya aku menjelaskan apa yang diceritakan oleh Yumi, “Jadi sudah satu jam Yumi menunggu kita di area kedatangan. Dia tidak melihat papan yang bertuliskan namanya sama sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari area tersebut karena mengira kita yang sedang tersesat dan tidak bisa menemukan dirinya.”

“Haa?” kak Haru semakin melongo. Lantas ia tertawa sembari berkata, “Temanmu ini unik sekali ya. Tempat ini kan masih asing baginya. Tetapi dia malah mengkhawatirkan kita yang sudah jelas hafal luar dalam.”

“Kak Haru, Yumi-chan itu pemberani. Sebelum kesini, dia malah berencana menemui kita di rumah. Pergi ke negeri yang asing bukanlah hal yang menakutkan baginya,” belaku. Kak Haru berhenti tertawa sesaat setelah melihat wajah datar Yumi. Tanpa ekspresi.

“Owh, oke deh.”

“Tapi.. Saat Yumi-chan berjalan menuju kesini, dia terjatuh di pertengahan jalan. Bapak itulah yang menolongnya dan menemaninya sampai Yumi dijemput.”

Kak Haru tertawa lagi.

“badan semungil itu bisa jatuh, huahaaaa..,”

“Umm.. dia terjatuh karena tali sepatunya terlepas,” kataku lagi sembari menahan tawa. Entah kenapa aku bisa membayangkan bagaimana Yumi terjatuh tertelungkup. Dia begitu imut dan sangat menggemaskan!

“Ekhem! Ekhem!” sepertinya Yumi sengaja berdeham di dekat wajah kami. Aku segera menyadarinya. Yumi melihat kami secara bergantian.

“Bicara tentang saya sebagus itu?” tanyanya dalam bahasa Indonesia. Aku pun menjadi salah tingkah.

“Loh, ternyata kamu juga bisa bahasa Indonesia ya?”

Hai', wakarimashita. Eto, Chotto..,”

“Yah, kembali ke setelan awal,” kata kak Haru setengah kecewa.

“Su.. Sudah yuk, kak! Kita harus segera pulang! Mereka pasti sudah selesai menyiapkan segala sesuatunya,” bisikku pada kak Haru. Pria manisku itu mengedipkan sebelah matanya.

“Oke deh. Yumi, kopernya saya bantu bawa ya,” kak Haru menyeret koper milik Yumi. Sedangkan aku menggamit lengan Yumi dengan penuh kerinduan.

I miss you so much,” kataku. Yumi pun tersenyum padaku. Aku juga tahu betapa ia merindukan diriku juga. Kami berjalan mengikuti kak Haru dari belakang menuju tempat parkir. Aku harap Yumi akan betah berlibur bersamaku di Gresik.

***

Mobil MPV berwarna hitam mengkilat memasuki halaman rumah. Zeno dan Zuna melongok dari pembatas dinding di antara rumah mereka dengan rumah Haru.

“Seperti apa sih Yumi-chan Yumi-chan yang sering dibicarakan oleh Hana?” Zuna memicingkan matanya berusaha melihat seseorang yang berada di dalam mobil. Zeno juga penasaran bagaimana wujud dari seorang Yumi, sahabat Hana di Jepang.

Tak lama Hana dan Yumi keluar dari mobil. Hana terlihat bermanja-manja dan terus bergelayut di lengan Yumi. Zeno dan Zuna hanya bisa melihat sosok Yumi dari belakang.

“Mereka kelihatan akrab banget ya, kak..,” Zuna bisa melihat kedekatan diantara Hana dan Yumi. Mereka menempel seperti permen karet. Tidak ada jarak sama sekali. Zeno bisa melihat wajah kecewa adiknya.

“Kamu cemburu?” godanya. Zuna memutar bola matanya.

“Apaan sih, kak? Ya wajarlah kalau mereka dekat. Mereka kan sudah berteman lama.”

“Humm.. Begitu..,” Zeno menahan tawanya. Zuna merasa kesal dengan kakaknya yang tidak berhenti menjahilinya. Ia menyenggol badan Zeno agak keras dan berbalik masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan kakaknya yang mengaduh kesakitan.

Melihat Haru yang baru saja keluar dari mobil, membuat Zeno segera keluar pagar dan berdiri di dekat pagar rumah Haru yang masih terbuka.

“Eh, Hana sudah pulang,” panggilnya. “Itu Yumi ya?”

Hana berbalik senang saat mendengar suara Zeno.

“Eh, Zen. Perkenalkan, ini Yumi,” ucap Hana. Lalu ia menarik tangan Yumi. “Yumi-chan, ini Zeno. Teman yang pernah aku ceritakan.”

Zeno dan Yumi saling memandang. Keduanya sama-sama mengangkat kacamatanya yang turun ke bawah hidung agar bisa melihat satu sama lain dengan jelas. Haru dan Hana pun hampir tertawa melihat penampilan Zeno yang hampir mirip dengan Yumi. Cowok berkacamata itu juga mengenakan kaos berwarna kuning.

Yumi-chan. Yoroshiku onegaishimasu,” kata Zeno kemudian dengan senyuman ramah.

Hana langsung nyeletuk, “Kok kalian kelihatan mirip sih?”

“Iya. Seperti saudara kembar yang sudah lama berpisah. Hmm.. Aku yakin kamu dan Zuna nggak semirip itu. Kamu malah mirip banget sama Yumi,” Haru menambahkan. Keduanya tertawa secara bersamaan.

“Kalian tuh ya. Aku ucek-ucek baru tahu rasa kau,” ujar Zeno gemas.

“Se..nang ber ken..,” ketiganya terkejut saat mendengar Yumi berbicara terbata-bata. “nalang denganmu ju.. ga.”

Hembusan angin melewati sela-sela rambut pendek Yumi yang berkibar. Zeno agak terperangah ketika melihat Yumi tersenyum sesaat.

“Wah, hebat! Ternyata Yumi bisa berbahasa Indonesia juga ya?” katanya takjub.

Yumi menganggukkan kepalanya.

“Chotto..,” ucapnya pelan.

“Semenjak aku pindah kesini, Yumi-chan mulai belajar bahasa Indonesia loh. Akhir-akhir ini dia juga mulai mengobrol dengan bahasa Indonesia. Yumi-chan cepat sekali menguasai bahasa Indonesia,” jelas Hana panjang lebar. Lantas ia merangkul lengan Yumi lagi. “Yumi-chan. Kita masuk ke dalam rumah, yuk.”

Yumi hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah datar. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Zeno menyenggol bahu Haru.

“Ru, kamu ngerasa nggak sih kalau Yumi itu karakternya beda jauh dengan apa yang diceritakan oleh Hana.”

“Nggak kok. Sama ajah. Dia kelihatan pintar. Mirip denganmu,” canda Haru.

Zeno menyenggol bahu Haru. Kali ini lebih keras.

“Idih, serius nih! Kamu masih ingat nggak apa kata Hana waktu itu?”

Keduanya melongok ke atas seakan-akan terdapat segumpalan awan dan lambat laun terlihat sosok Hana yang mengatakan, “Yumi cerewet sekali. Dia bercerita banyak hal padaku.”

Lihat selengkapnya