Luka Tanpa Asa 2

Aijin Isbatikah
Chapter #16

16| Muram Durjana

Nobuko terkejut kala melihat kedua anaknya pulang dalam keadaan basah kuyup. Ia menanyakan apa yang terjadi kepada mereka dan kenapa mereka berdua pulang tanpa Yumi, namun keduanya hanya diam membisu. Tiba-tiba Hana langsung memeluk erat mamanya. Ia tak kuasa menahan tangisnya lagi. Mata Nobuko mengarah ke Haru yang masih diam mematung. Nobuko meminta penjelasan pada Haru atas apa yang terjadi dengan mereka berdua. Tetapi lagi-lagi Haru tidak menjelaskan apapun. Dia hanya tertunduk lesu sembari menggelengkan kepala.

“Hana, ayo kita ganti baju dulu. Baju kita sudah basah kuyup. Nanti akan aku buatkan cokelat hangat untukmu,” Haru mencoba memisahkan Hana yang masih memeluk Nobuko. Hana mengangguk pelan. “Ma, kami ganti baju dulu ya. Nanti saya akan turun duluan membuat cokelat hangat untuk Hana.”

Nobuko merasa ada yang janggal dengan keadaan anak-anaknya. Namun ia tidak ingin bertanya lebih. Nobuko yakin anak-anaknya akan bercerita dengannya jika mereka sudah siap. Seperti halnya mereka siap untuk bercerita tentang hubungan mereka berdua sebelumnya. Nobuko sangat memercayai anak-anaknya itu.

Saat keduanya menaiki anak tangga, Nobuko memanggil Haru seraya berkata, “Kalau sudah berganti baju, kalian duduk saja di ruang tivi ya. Biar mama saja yang membuatkan kalian cokelat hangat.”

Haru menganggukkan kepalanya.

“Iya, ma. Nanti aku akan mengajak Hana untuk segera turun. Terima kasih, mama.”

***

Hujan masih turun sangat deras. Yumi bisa melihat kendaraan lalu-lalang. Bahkan terdengar suara bel dari kendaraan bermotor saling sahut-menyahut dikarenakan kemacetan di jalan. Kedai makanan tempat Yumi, Zeno, dan teman-temannya yang lain berteduh mulai tampak ramai. Lampu-lampu hias berwarna kuning juga turut menyinari malam itu.

“Padahal sudah malam, tetapi jalanan masih begitu ramai. Banyak orang yang makan juga disini,” ungkapnya takjub. Ia mengamati keadaan di sekitarnya dengan mata berbinar-binar. Dia berkata lagi sembari menunjuk orang yang terburu-buru memakai jas hujan di pinggir jalan, “Lihat itu! Ada anak remaja yang duduk di atas sepeda motor tetapi dia tidak memakai jas hujan. Dia menutupi tubuhnya dengan jas hujan yang dipakai oleh seseorang yang menyetir didepannya. Wahh .... ”

Mendengar Yumi berbicara dengan penuh kekaguman, membuat Reta dan teman-temannya yang lain tertawa kecil. Mereka tidak menyangka jika hal kecil seperti itu bisa membuat Yumi kagum dengan mudahnya. Zeno pun juga masih terus memandangi Yumi sambil menopang wajahnya dengan satu tangannya.

Reta menyenggol Kusniyah dan memberi isyarat dengan lirikan matanya. Eldo, Ridwan, dan Iwan juga menyadari sikap Zeno yang cukup aneh. Zeno terus saja tersenyum dan matanya tidak henti-hentinya melihat ke arah Yumi. Hanya Yumi yang tidak menyadari tatapan dari Zeno.

“Yumi mau kentang goreng?” tanya Kusniyah sembari menahan senyumnya. Dia hampir saja melepas tawanya ketika melihat sikap Zeno. Tetapi teman-temannya sudah memberi isyarat untuk tetap diam.

Yumi melihat kentang goreng yang sebelumnya dipesan oleh Kusniyah. Ia mengangguk dengan wajah gembira.

Ee ... furaido poteto desu ka? Hai', arigatoo gozaimasu,” tanpa sadar Yumi mengucapkan kata dalam bahasa Jepang. Kusniyah mendadak bengong. Ia merasa seolah-olah sedang berada di Jepang, bukan di Indonesia.

“Ehh ... Iya. Arigatoo gozaimasu. Welcome to Japan,” tanggapnya dengan asal. Kusniyah menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Yumi yang baru melahap kentang goreng langsung melihatnya dengan heran.

Reta dan teman-teman lainnya langsung tertawa cekikikkan melihat reaksi Kusniyah. Zeno juga terkekeh melihat interaksi di antara keduanya. Eldo tidak kuat lagi menahan keisengannya saat melihat Zeno yang masih terus saja memandangi Yumi, “Khem! Ada seseorang yang tampak bagaikan pungguk merindukan bulan, nih.”

Zeno yang mendengar perkataan Eldo langsung tergagap. Kepalanya langsung menoleh ke arah berlawanan. Wajahnya terlihat malu-malu. Eldo menyenggol Iwan yang baru saja menyesap es teh. Eldo memberinya isyarat untuk meneruskan peribahasanya. Iwan pun mengacungkan jempolnya.

Iwan ikut berceletuk, “Katanya sih nggak bakalan jatuh hati. Tapi ... Yaahhh, bagaimana lagi? Dalam lautan dapat diduga, dalam hati siapa tahu. Iya, nggak?”

Teman-temannya langsung tertawa terbahak-bahak. Ridwan pun turut berkata, “Bener, bener banget! Di laut boleh diajak, di hati siapa tahu.”

Ucapannya membuat Eldo dan lainnya tertawa semakin keras. Sementara Yumi tampak kebingungan melihat percakapan diantara mereka. Ia tidak mengerti makna dari peribahasa yang sedari tadi mereka lontarkan.

Zeno tampak kesal. Lantas ia pun membalas ucapan teman-temannya, “Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang. Seandainya saja kalian tuh rajin kayak gini dan mempraktikkan peribahasa itu di kelas sebelumnya, aku yakin kalian pasti sudah dapet nilai seratus tuh.”

“Idih, Zeno bapeeerrr. Ya deh, kita nggak gangguin orang yang lagi kasmaran deh,” celetuk Eldo lagi. Zeno langsung mendelik dan menyuruhnya untuk diam. Lalu diam-diam matanya melirik ke arah Yumi yang masih tampak kebingungan.

“Kalian berbicara bahasa apa ya? Saya tidak mengerti,” kata Yumi berterus-terang. Zeno hampir menjawab, tetapi sudah didahului oleh Reta.

“Wah, Yumi, sepertinya kamu harus lebih banyak belajar bahasa Indonesia dengan pak guru Zeno. Dia paling hebat kalau berbicara tentang peribahasa. Bahkan kita ajah sering dapat nilai bagus di sekolah karena berkat Pak guru Zeno juga loh.”

Teman-temannya yang lain ikut manggut-manggut. Zeno geleng-geleng tidak percaya mendengar kebohongan teman-temannya. Tiba-tiba saja Yumi memegang tangannya. Cowok berkacamata itu langsung terkejut melihat senyuman Yumi yang berseri-seri.

“Maafkan saya ya karena kemarin saya sudah memarahi kamu. Tolong ajarkan saya semua tentang bahasa Indonesia ya? Peribahasa juga boleh. Zeno-kun, mohon bantuannya,” Zeno bisa melihat kesungguhan dari mata Yumi. Gadis itu benar-benar tertarik dan ingin belajar bahasa Indonesia. Padahal menurutnya bahasa Indonesia Yumi sudah sangat bagus.

“O-oke,” kata Zeno sembari melirik ke arah teman-temannya yang masih melihatnya dengan gemas. Zeno mendadak salah tingkah dan segera melepaskan tangannya. “Sepertinya hujannya sudah agak reda. Yumi ... Eeh, guys, kita pulang sekarang yuk.”

“Yeeeaaa ... Pulang! Ayok, pulang!” seru Reta dan Kusniyah secara bersamaan. Mereka semua berdiri dan bersiap untuk pulang.

“Adegan filmnya seru juga ya buat ditonton. Sayang nggak ada adegan tujuh belas tahun ke atas,” sahut Eldo yang langsung kena sinar laser dari tatapan tajam Zeno. Ia berpura-pura kesakitan sambil memegangi dadanya, “Aarrgh, tidak! Sakiiittt! Ampun, tuan Zeno!”

Mereka berjalan menuju pinggir jalan sambil tidak henti-hentinya tertawa. Yumi mulai merasakan kenyamanan bersama dengan mereka. Ia juga mulai memahami bahwa Hana benar-benar beruntung memiliki mereka di sisinya. Ia merasa tidak perlu lagi mengkhawatirkan Hana terlalu banyak. Sepanjang teman-teman Hana terus berada di sisinya, Yumi yakin bahwa ia sudah bisa merelakan kebahagiaan Hana.

Awalnya Yumi sangat mengkhawatirkan keadaan Hana disini tanpa dirinya. Namun setelah ia merasakan sendiri dan mengenal mereka secara perlahan, pandangannya mulai berubah. Keberadaan mereka di samping Hana sebagai penggantinya sudah lebih dari cukup.

***

Nobuko melihat arah jarum jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia mencemaskan Yumi yang belum kunjung pulang. Sebelumnya Haru sudah menjelaskan kepadanya bahwa Yumi akan pulang bersama dengan Zeno. Ia pun merasa lega. Tetapi tetap saja hati Nobuko menjadi agak was-was setelah satu jam kemudian. Ia mulai terbayang bagaimana jika Yumi terpisah dengan Zeno dan teman-temannya. Bagaimana jika Yumi tersesat dan tidak tahu arah pulang. Apalagi gadis itu adalah orang asing yang tidak tahu tempat di sekitar sini.

Selain menunggu kedatangan Yumi, ia juga menunggu suaminya pulang kerja. Nobuko pun menunggu kedatangan keduanya di ruang tamu sambil bermain bola kecil dengan Runa di atas tikar. Runa diletakkan diatas pangkuannya. Nobuko memperlihatkan dua bola kecil yang berwarna berbeda di kedua tangannya.

Lihat selengkapnya