Hana tertidur di pundak Yumi. Begitu pula dengan teman-teman lainnya. Hanya Haru yang masih menyetir mobil dan Zeno yang menemaninya mengobrol di bangku depan. Sedangkan Yumi masih menikmati pemandangan malam dari luar. Dia bisa melihat bulan purnama seakan sedang mengikuti perjalanan mereka. Dia pun tersenyum takjub sembari bergumam, “Kirei desu nee .... ”
Rupanya Zeno mendengar gumaman gadis itu, ia menoleh ke bangku belakang sesaat, ia pun ikut tersenyum saat melihat gadis itu melebarkan senyumnya sambil tak lepas menikmati pemandangan bulan purnama tersebut.
“Yumi, waktu kecil aku pernah membaca dongeng tentang bulan loh,” kata Zeno sambil melihat ke arah depan. Yumi menoleh, “Honto ni?”
Zeno mengangguk.
“Tentang putri Kaguya. Pernah dengar?” tanya cowok berkacamata itu lagi. Yumi berpikir sesaat. Kemudian ia pun terhenyak.
“Kamu juga tahu tentang kisah itu?” tanyanya balik. Zeno mengangguk sambil tersenyum.
Dengan masih menyetir, Haru ikut bertanya, “Memangnya kisah tentang apa itu?”
Zeno mulai bercerita, “Jadi ada suami-istri pemotong bambu yang belum pernah dikaruniai anak. Saat memotong bambu, mereka menemukan bayi perempuan di dalam batang bambu yang bercahaya. Nah, pada akhirnya dia merawat bayi itu dan menamainya Kaguya. Setelah itu, tahun-tahun kian berlalu. Kaguya tumbuh menjadi wanita cantik yang menarik banyak pelamar, termasuk kaisar. Tetapi gadis itu menolak semua pria itu. Lalu ... Bagaimana ya kelanjutannya? Aku lupa.”
Yumi ikut berbicara, “Akhirnya Kaguya mengungkapkan bahwa dia adalah putri bulan dan harus kembali ke asalnya. Meskipun orang tua angkatnya berupaya untuk mencegahnya, Kaguya tetap kembali ke bulan bersama dengan utusan dari sana.”
“Berarti Kaguya pergi meninggalkan orang tua yang selama ini menyayanginya dong?” tanya Haru. Yumi mengiyakan perkataan cowok yang sedang fokus menyetir di depan itu.
“Sama seperti manusia-manusia seperti kita. Ada saatnya nanti kita berpisah dengan mereka. Entah karena harus bekerja di tempat yang jauh ataupun berkeluarga. Mau tidak mau, hal itu adalah fase yang akan dan selalu dilalui oleh manusia. Jadi selagi kita masih bersama dengan mereka, kita harus memanfaatkan waktu dan menikmati kebersamaan ini dengan baik,” kata Zeno panjang lebar. Yumi pun tersenyum lebar. Matanya tidak lepas memandang Zeno dari belakang.
Gadis itu meletakkan kepala Hana secara perlahan di pundak Kusniyah. Lantas ia memajukan duduknya dan mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di bahu Zeno. Cowok itu menoleh.
“Zeno-kun, Kamu ... orang yang bijaksana,” ucapnya sambil terus menatap Zeno lekat-lekat. Cowok itu mendadak gugup. Yumi memang jarang tersenyum. Tetapi saat melihat senyuman Yumi dalam jarak sedekat itu membuat cowok itu menjadi salah tingkah. Cowok itu berbalik menghadap ke depan lagi dan berusaha mengatur nafasnya. ‘Kenapa tiba-tiba terasa sesak?’ pikirnya. Dia berusaha menenangkan diri. Haru yang sedari tadi sesekali melirik ke arah Zeno pun juga menyadari kegugupan dari temannya. Haru pun terkekeh.
“Duileeh, orang bijaksana nih ... Older and wiser, telling me what to do .... ” Tiba-tiba saja Haru menyanyikan lirik dari film lawas The Sound of Music. Zeno semakin salah tingkah. Dia melirik dan mendorong bahu Haru pelan, menyuruhnya untuk diam. Namun Haru terus bernyanyi, kali ini nadanya dibuat-buat seperti suara seorang wanita. “Iam sixteen going on seventeen, I'll depend on you, Zeno-kun! Muach!”
Yumi ikut tergelak melihat Haru memberikan ciuman jauh untuk Zeno. Cowok berkacamata itu merinding seketika. Haru tertawa terbahak-bahak.
“Kalian berdua lucu sekali,” kata Yumi sambil memundurkan duduknya dan bersandar ke kursinya lagi.
“Eh, pujian itu berlaku untukku juga?” tanya Haru. Yumi mengiyakan perkataannya. “Tumben. Biasanya suka sekali menghujatku.”
Yumi mengerutkan kening tidak mengerti.
“Maksudnya?”
“Iya kan? Biasanya kamu .... ” belum sempat berbicara lagi, Zeno segera mencubit pinggang Haru pelan. Haru menoleh ke arahnya sesaat. Cowok berkacamata itu komat-kamit menyuruhnya untuk diam.
Kemudian Zeno tertawa canggung dan berusaha mengalihkan topik demi menghindari pertengkaran yang belum terjadi. “Hee ... Yumi, kamu tahu? Saat libur hari raya idul fitri, kami sekeluarga selalu berkunjung di kampung kakek-nenek yang ada di Kediri loh.”
“Wah, Ke ... Kediri? Ada dimana tempat itu? Jauh dari sini?”
“Kabupaten Kediri juga ada di Jawa Timur, sama seperti disini. Hanya saja agak cukup jauh. Kalau perjalanan dengan kendaraan kurang lebih dua sampai tiga jam.”
“Apakah di Kediri juga ada makanan khas seperti disini?” tanya Yumi dengan penuh keingintahuan. Gadis itu memajukan duduknya lagi. Zeno mengangguk.
“Ada dong. Tahu menjadi makanan ciri khas disana. Bahkan disana dikenal dengan kota Tahu.”
“Kota Tahu? Apakah sebutan itu karena makanan tahu di Indonesia hanya diproduksi disana?” tanya gadis itu lagi. Zeno menahan tawanya. Sedangkan Haru langsung tertawa terbahak-bahak. Yumi memutar bola matanya dengan kesal. Namun ia sedikit terkejut ketika Zeno menyentuh tangannya dan meletakkan telunjuk di bibir yang seakan mengisyaratkan agar Yumi tidak menggubris Haru. Diam-diam Zeno menunjuk Haru seraya berbisik di telinga Yumi, “Ano hito wa hontou ni okashii desu ne! (Orang itu benar-benar aneh ya!)”
Keduanya tertawa cekikikkan. Harus menoleh ke arah mereka sesaat dan memfokuskan kembali perjalanan di depannya seraya menyahut, “Lagi ngomongin aku ya? Zen, kamu sekarang sombong amat. Mentang-mentang sudah bisa cap-cis-cus bahasa Jepang nih yee..,”
Zeno tertawa lagi sembari menepuk bahu temannya. “Lah, makanya ... Belajar Bahasa Jepang dong! Pacarnya orang Jepang, tapi kamunya nggak pernah belajar bahasa Jepang dengannya. Rugi tahu!”
“Eh, Hana itu orang campuran ya. Dia bukan pure orang Jepang. Lagipula aku juga pernah belajar satu kata dari Yumi.”
“Hah? Yumi, jadi muridmu bukan hanya aku?” Zeno membalikkan tubuhnya ke arah Yumi.
“Memangnya saya pernah mengajarinya?” gumam Yumi pada diri sendiri. Lalu ia mendorong punggung Haru pelan. “Haru, jangan berbohong.”
Haru malah tertawa terbahak-bahak. Dia pun berkata, “Eh, ada loh. Bahkan kamu selalu mengulang kata-kata itu kalau lagi kesal padaku.”
“Aaa .... ” Yumi tampak mengingat sesuatu. Haru langsung menyahut lagi, “Baa ... ka .... ” mendengar perkataan Haru membuat Yumi kesal. Dia langsung menjambak kepala Haru dari belakang. Haru mendadak panik.
“Eh ... ! Eh?!! Aku lagi nyetir ini!” serunya sambil tetap berusaha duduk tegak dan memperhatikan arah jalan. Zeno juga ikutan panik. Bertepatan Yumi melepas kedua tangannya, teman-teman yang terbangun dari tidur. Zeno mengelus dadanya, sementara Haru menarik nafas lega.
“Kalian kok berisik amat sih,” ucap Kusniyah sambil mengucek-ucek matanya. Hana pun masih setengah sadar. Dia menguap secara bersamaan dengan Kenzo.
Haru langsung ngedumel, “Itu tuh si Yumiyumichanchan kadang suka ada gila-gilanya.”
“Yumi? Kenapa Yumi?” tanya Hana sambil menguap lagi. Zeno melihat Yumi yang masih tampak kesal. Gadis itu berpaling ke arah kaca mobil sambil melipat kedua tangannya.