Luka Tanpa Asa

Aijin Isbatikah
Chapter #9

9 | Fake

Namanya Hana Asuka. Bunda mengenalkan Zuna dan Zeno pada Nobuko dan Hana. Setelah mereka memasuki rumah masing-masing, Zuna merasa penasaran dengan Hana yang terlihat cantik seperti boneka hidup. Rambutnya berwarna kelabu, kulitnya berwarna putih cerah, dan bandana yang dikenakannya begitu mirip dengan yang dikenakannya juga.

“Jangan-jangan dia alien, kak!”

Zeno langsung menjitak kening adiknya.

“Hush! Jangan berprasangka yang tidak-tidak.”

“Tapi dia tidak mengerti bahasa kita, kak. Siapa tahu beneran alien,” Zeno hendak menjitak kening adeknya lagi. Akan tetapi Zuna segera menangkisnya. Zeno tetap tidak menyerah. Ia masih begitu berusaha memukul kening adiknya. Begitu pula dengan Zuna. Bu Hermawan menengahi mereka berdua. Keduanya berhenti bertengkar.

“Tentu saja dia tidak mengerti. Dia kan berasal dari Jepang, dodol!” Zeno berhasil memecahkan skor dengan sengaja mengacak-acak rambut adiknya. Dia selalu memanfaatkan tinggi badannya untuk menjahili saudara kembarnya itu.

“Sebenarnya Hana mengerti bahasa Indonesia sedikit-sedikit. Tapi masih belum begitu fasih,” tutur bu Hermawan sambil duduk di antara kedua anaknya. “Oh ya, gimana kalau Zeno yang membantu Hana belajar bahasa Indonesia? Kamu kan guru bimbel, No!”

Zeno agak terkejut dengan ide yang tiba-tiba keluar dari mulut ibunya.

“Loh loh bun, kan beda. Biasanya Zeno ngajarin anak esde. Lah ini cewek seusia Zeno. Dari luar negeri lagi. Bakal susah, bun!” keluhnya. Zuna menertawakan ketidaksetujuan kakaknya.

“Rasain lu!” serunya sambil memeletkan lidah.

“Ape lu!” balas Zeno kesal. Bu Hermawan berusaha menengahi keduanya lagi.

“Hey hey! Kalian itu sudah besar kok masih suka berantem sih!” keduanya berhenti bersilat lidah. Bu Hermawan menghela nafas. Kemudian beliau melihat Zeno. “Tolong Hana dibantu beradaptasi ya, nak. Tolong ajarkan dia sebisamu. Kita harus selalu berbuat baik dengan orang lain. Terutama dengan keluarga om Adiguna. Almarhumah tante Adiguna juga dekat dan sudah banyak membantu keluarga kita saat kesusahan. Giliran kita yang membantu mereka. Demi Haru juga ya, nak.”

Bu Hermawan mengatakannya sembari melihat kedua anaknya secara bergantian. Beliau meremas lembut tangan kedua anaknya. Baik Zeno maupun Zuna pun menganggukkan kepalanya secara bersamaan.

***

Tidak lama berselang hari kemudian, Zeno mulai menepati janjinya. Dia bermain ke rumah Hana sekaligus menjadi guru bahasa Indonesia untuknya. Mereka sering menghabiskan waktu berlatih menulis dan berbicara di lapangan sepak bola yang tepat berada di depan rumah mereka. Menurut Zeno, Hana adalah seorang gadis yang manis sekali. Padahal mereka hanya belajar bersama, akan tetapi Hana malah membawa keranjang berisi tikar dan berbagai cemilan-minuman di dalamnya. Ia menyiapkan segala sesuatunya setiap saat mereka belajar bersama. ‘Seperti piknik saja!’ gumamnya sambil terkesima melihat perilaku Hana. Zuna juga terkadang menghampiri mereka berdua untuk sekedar mengganggu Zeno dan sedikit mengobrol dengan Hana tentang pernak-pernik yang dimilikinya. Belum lagi Hana selalu tampak berusaha keras untuk belajar dan belajar. Ia tidak pernah menyia-nyiakan sisa waktunya untuk berhenti berlatih. Dari situlah Zeno semakin terkesima dengan kehadiran Hana di dalam hidupnya. Seorang gadis lugu nan manis itu telah menjadi sahabat terdekatnya dan Zuna.

Berbeda dengan saudari kembarnya, Zuna. Gadis itu memang pada awalnya tulus membantu kehidupan Hana agar berjalan mulus. Berdasarkan informasi yang didapat dari bundanya, ia menyampaikan kepada teman-temannya kalau sekolahnya akan kedatangan siswa baru dari luar negeri. Ia menghimbau untuk tidak mengejeknya karena kelainan genetik pada rambut Hana. Namun ia tidak mengira bahwa kelasnya lah yang terpilih menjadi tempat dimana Hana belajar. Ia begitu senang melihat kedatangan Hana dan memiliki keinginan untuk lebih akrab dengannya. Namun keinginan itu mendadak kian lenyap setiap harinya ketika ia menyadari bahwa sebenarnya Haru juga diam-diam memperhatikan gadis bak boneka itu.

Sejak kecil Zuna sangat dimanjakan oleh Haru daripada kakaknya sendiri. Di saat Zeno lebih memilih membaca buku-buku ensiklopedia daripada bermain dengan adiknya, Zuna pergi bertandang ke rumah Haru untuk bermain bersamanya. Hingga tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Zuna semakin menyadari bahwa ia tidak hanya sekedar menganggap Haru sebagai seorang kakak ataupun sebagai tetangga kecilnya saja, namun lebih dari itu. Entah kapan rasa itu tiba. Zuna merasa ia memang menyayangi Haru seperti ia menyayangi kakaknya. Tetapi ia tidak ingin membayangkan akan menikahi kakaknya suatu saat ini. Yang ada dalam bayangannya hingga saat ini adalah Haru. Seorang lelaki yang menjadi pasangan hidup impiannya kelak. Perasaan itu sudah ia pendam begitu lama.

Hingga suatu hari, kematian ibu Haru membuatnya menjauhinya dan kakaknya. Haru juga menjauhi teman-teman di kelasnya. Haru yang dikenal sebagai seorang lelaki yang ramah pada semua orang, kini menjadi seorang pemberontak. Hubungannya dengan papanya juga kian menjadi buruk. Segala cara sudah dilakukan Zuna untuk mengambil perhatian Haru lagi, namun ternyata ia tidak peduli.

Akan tetapi sejak hari pertama dimana Hana memperkenalkan diri di depan kelas, Haru mengangkat wajahnya sebentar untuk melihat Hana, lalu menenggelamkan diri dalam tidurnya lagi. Zuna menganggap mungkin hal itu adalah suatu kebetulan. Tetapi segala perilaku yang ditunjukkan Hana mulai mengganggunya. Hana selalu mengekor di belakang Haru sampai cowok itu merasa risih. Namun Hana tetap bersikeras selalu berada di dekatnya. Hingga Zuna menyadari kalau Haru sangat jarang berkumpul lagi bersama dengan teman-teman berandalnya.

‘Apakah ia tidak ingin jika Hana mendatanginya disana?’ pikirnya kemudian.

Zuna tahu bahwa hubungan antara Hana dan Haru hanya sebatas kakak beradik seperti dirinya dan Zeno. Tetapi segala perhatian kecil dari Haru akhir-akhir ini seperti pemberian obat antiseptik juga mengamati Hana dalam diam membuatnya merasa semakin tidak nyaman. Ia takut jika suatu saat perhatian Haru direbut oleh gadis itu. di dalam lubuk hati Zuna yang terdalam mengatakan bahwa ia memang tulus berteman dengan Hana. Ia gadis baik dan baru saja keluar dari masa sulit di hidupnya. Sudah sewajarnya jika sebagai seorang teman terdekatnya memberikan dukungan kepadanya. Tetapi tidak untuk mencuri perhatian Haru! Zuna tetap tidak akan mengijikan hal itu terjadi!

***

Lihat selengkapnya