Luka Tanpa Asa

Aijin Isbatikah
Chapter #16

16 | Happy Birthday, Kakak!

Haru merasa tidak bisa tidur dengan tenang. Seakan-akan ada yang mengawasinya dalam tidur. Terasa sesuatu yang dingin menyentuh pipinya berkali-kali. Ia langsung menangkapnya. Setelah itu ia membuka matanya. Dilihatnya ia sedang memegang tangan Hana. Ia agak terkejut dengan kehadiran adik tirinya itu.

“Yaa.. ketahuan deh! Padahal sedang asik-asiknya melihat kakak tidur,” ucapnya sambil terus menatapnya. Haru langsung bangun dari tidurnya.

“Apa yang perlu kamu lihat. Dasar psikopat!”

“Hah, apa kata kak Haru? Psikopat?”

“Iya, apa lagi coba! Diam-diam masuk ke kamar kakaknya. Lalu ngeliatin kakaknya lagi tidur! Dasar psikopat!” olok Haru sampai mendekati wajah Hana yang hanya berjarak beberapa senti. Keduanya saling bertatapan. Keduanya merasakan getaran yang sama di dalam dada. Hana menjadi salah tingkah. Dia pun berdiri dan membuka tirai jendela yang tertutup.

“Aduh, silau, Han!” seru Haru sembari memicingkan matanya. “Lagipula ini kan hari minggu. Kamu ganggu banget deh!”

Hana meletakkan kedua tangannya di pinggang. Cahaya yang masuk ikut menerangi keberadaannya. Seakan-akan ia tampak begitu bersinar. Haru agak terperangah karena baru menyadari kalau Hana mengenakan jaket rajut peplum knit berwarna cream dan dikombinasikan dengan rok mid-length berwarna cream dan bermotif bunga. Hana juga mengenakan bandana simpul twist berwarna merah. Perpaduan itu membuatnya tampak manis di mata Haru.

“Mau kemana kamu? Mau pacaran sama Zeno ya? Rapi amat!” mendengar hal itu, Hana langsung cemberut. Ia menggoncang-goncangkan tubuh Haru.

“Kak, sadar dong! Hari ini adalah hari ulang tahun kakak!”

“U- ulang tahunku?” Haru mencoba untuk mengingat. “Kok kamu tahu?”

“Emm.. rahasia deh!” ucap Hana sambil tersenyum misterius. Padahal sebenarnya ia mengetahuinya dari papa Haru. Hana mencoba menarik kedua tangan Haru. Tetapi Haru masih malas untuk bangkit. “Ayo kak, bangun! Aku ingin merayakan ulang tahunmu denganku!”

Mendengar perkataan Hana membuat Haru langsung berdiri tegak. Hana tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya dan hampir terlempar ke belakang. Namun Haru langsung menangkapnya. Mereka saling beradu pandang. Namun tidak lama, Haru menyadari hal itu dan membantu Hana untuk berdiri kembali. Keduanya menjadi agak salah tingkah.

“Jadi.. kamu yakin ingin merayakan ulang tahun denganku?” tanyanya. Hana menganggukkan kepalanya. ‘Jadi dia dandan hari ini untuk pergi denganku?’ ujar Haru merasa senang di dalam hati. “Oke, tunggu aku di ruang tamu. Aku bersiap-siap dulu!”

Haru mendorong Hana samai keluar ruangan kamar. Setelah pintu kamarnya ditutup, keduanya melampiaskan rasa senang mereka dengan melonjak kegirangan. Hana takut ketahuan bahwa suara kesenangannya akan terdengar Haru. Maka dia segera masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas dan menuruni tangga dengan tidak hati-hati. Sesampainya di lantai bawah, ia melihat suasana di sekitar. ‘Papa masih pergi ke luar kota dan mama masih belanja di pasar. Makanya sepi, fhuh. Padahal aku ingin membagi kebahagiaan ini dengan mereka.’

 Hana mengetik sesuatu di ponselnya. Tidak lama Haru menuruni tangga sambil melihat Hana yang baru saja memasukkan ponselnya di dalam tas serutnya. Hana melihat penampilan kakaknya dari atas sampai bawah. Hari ini rambut Haru lebih rapi daripada biasanya.Padahal biasanya acak-acakan. Hanya satu permasalahannya, outfit Haru tidak begitu terlihat karena dia tetap mengenakan jaket hoodie kelabunya.

“Kak, hari ini hari yang spesial loh. Kakak yakin masih pakai jaket itu?” tanyanya pelan.

“Emangnya kenapa? Aku jadi kurang keren?” Haru berbalik tanya padanya. Hana menelan ludah sesaat.

“Dimataku kak Haru selalu keren sih,” jawabnya lirih sembari melirik ke arah lain. haru tersenyum puas mendengar jawabannya. Ia sengaja mengacak-acak poni rambut Hana dengan gemas. Hana langsung cemberut.

“Pagi-pagi begini kita mau kemana sih?” tanya Haru. Mendengar pertanyaan kakak tirinya, membuat wajah Hana ceria lagi. dia menunjukkan buku memo yang baru saja dikeluarkan dari tasnya. “Buku apa itu?” Hana membuka beberapa lembar halaman. Setelah itu dia menunjukkan buku memo yang sudah terbuka itu di depan wajah Haru. Cowok yang memakai jaket hodie itu membacanya dengan seksama.

“Jadi ini jadwal kegiatan kita hari ini!”

“Banyak banget! Kamu yakin kita bisa melakukan itu semua hari ini? Jangan-jangan bisa sampai besok selesai!” Hana tertawa mendengar keluhan kakaknya.

“Aku ingin melakukan semuanya dengan kakak! Karena hari ini kakak ulang tahun, kak Haru akan aku ijinkan untuk mencoret beberapa list kegiatan ini,” diberikannya pulpen pada kakak tirinya itu. Haru mencabut tutup pulpen dengan giginya. Lalu ia mencoret beberapa list yang dirasanya tidak terlalu penting. Karena banyak list yang terus saja dicoret oleh Haru, Hana berusaha merebut kembali buku memonya. Tapi Haru langsung sigap membelakanginya.

“Sudah nih!” dilemparkannya buku beserta pulpen pada gadis itu. setelah itu ia berjalan meninggalkan Hana yang masih kesal karena corat-coret kakaknya. Hana membaca memo itu kembali. Dia menarik nafas dengan wajah kesal karena merasa tidak banyak tempat yang akan didatanginya. Padahal ia ingin sekali ke semua tempat bersama dengan Haru hari ini. Tanpa sengaja ia menemukan beberapa huruf kapital di lembar bagian bawah yang bertuliskan ‘THANK YOU’. Hana tersenyum saat membaca tulisan itu. Mendengar suara bel motor dari luar, Hana segera bergegas keluar rumah.

***

Sesuai dengan list keinginan adik tirinya, Haru membawa Hana di Wisata Bahari Lamongan. Hana sangat takjub dengan berbagai wahana yang ada disana. Dia menyeret Haru kesana-kemari. Haru menarik kembali tangan Hana hingga gadis itu jatuh ke pelukan kakak tirinya. Keduanya saling beradu pandang. Haru menjitak kening adiknya.

“Kenapa harus terburu-buru? Waktu kita masih panjang disini. Kita ikuti saja petunjuk perjalanannya.”

Hana baru menyadari kalau ada beberapa papan petunjuk di setiap tempat. Saking senangnya dia sampai tidak memperhatikan itu. haru pun berjalan mengikuti arah petunjuk sambil tetap memegang tangan Hana. Awalnya mereka berdua berjalan dengan malu-malu. Namun tidak lama setelah menemukan beberapa wahana lagi yang menurutnya seru, membuat Hana lupa akan kecanggungannya. Dia kembali menarik kakaknya dan menikmati bermain berbagai wahana disana. Haru tertawa melihat Hana yang berteriak ketakutan saat mereka naik wahana space shuttle. Padahal sebelumnya Hana excited sekali ingin segera bermain di wahana tersebut. Saat di istana boneka, Hana tidak melewatkan kesempatan untuk memotret boneka-boneka yang ada disana. Haru yang melihatnya langsung merebut ponselnya dan memotret mereka berdua. Mereka berdua terus saja bermain hingga sampailah mereka keluar dari rumah hantu. Hana terus saja memegang erat lengan Haru dengan wajah ketakutan. Karena sudah lelah, Haru memutuskan untuk mengajak Hana duduk.

“Tunggu sebentar ya, Han,” saat beranjak, Hana menarik jaket hoodienya.

“Kakak mau kemana?” tanyanya dengan wajah agak ketakutan.

Lihat selengkapnya