Luka yang Tak Pernah Sembuh

Eunike Hanny
Chapter #12

12. Luka yang Tak Mungkin Sembuh

Bab 12. Luka yang Tak Mungkin Sembuh

 

“Permisi! Paket!” Seorang kurir berseru dari balik pagar, memecah keheningan di hari Minggu siang yang panas.

 

Jumiati bergegas keluar. “Paket apa, Pak?”

 

Si kurir memeriksa catatannya. “Buat Ibu Kemala. Isinya lukisan, Bu.”

 

Jumiati tersenyum, lalu membuka pintu pagar selebar-lebarnya. Paket itu dikemas dalam kotak kayu berukuran cukup besar dan berat. Si kurir mengangkat peti itu bersama rekannya.

 

Kemala dan Ah Fen keluar saat mobil boks itu pergi. Keduanya heran melihat kotak kayu itu.

 

“Apaan ini, Mak? Buat siapa?” tanya Kemala, lalu membungkuk untuk membaca stiker yang menempel di penutup kotak. “Ini buat aku?” tanyanya kemudian. “Pengirim, Ronald. Solo. Siapa itu Ronald? Kayaknya aku nggak punya kenalan namanya Ronald.” Gadis itu menelengkan kepala, mengingat-ingat sederet nama teman-teman dan kenalannya.

 

“Iya, Non. Itu paket buat Non. Sebentar ya, Non. Ambil palu dulu.” Jumiati masuk ke rumah, lalu keluar lagi dengan palu di tangan, bertepatan dengan kedatangan Indra.

 

Kemala mengambil palu dari Jumiati. “Tolong dong, bukain kotak ini,” katanya sambil menyerahkan palu pada Indra.

 

“Bukanya hati-hati ya, Mas,” pesan Jumiati. “Jangan sampai isinya kena palu terus rusak.”

 

“Memangnya isinya apa?” tanya Indra seraya berjongkok di depan kotak. Selama beberapa saat lelaki itu sibuk mengetuk bagian-bagian tertentu dengan palu, sampai kotak itu terbuka sepenuhnya.

 

Dari dalam kotak itu, Indra menarik beberapa kanvas, lalu menjajarkannya di lantai.

 

Jumiati tersenyum melihatnya. “Ini lukisan Non Lina, yang dulu ada di apartemen Non Fenny.”

 

Kemala memandang Jumiati dengan heran. “Kok, masih ada?”

 

“Iya, Non. Yang rusak apartemen dan beberapa barang di ruang tamu. Tapi, lukisan-lukisan itu ada di kamar, disimpan di lemari. Saya pikir juga semua barang di kamar sudah dirusak. Tapi, lukisan-lukisan ini masih utuh.”

 

“Nggak nyangka, ya.” Indra menggumam.

 

“Untung orang tuanya Non Fenny masih menyimpan semua lukisan ini. Mereka kira Non Fenny yang belajar melukis,” tambah Jumiati. “Dan untung saja saya masih simpen nomor telepon rumahnya Non Fenny yang di Solo.”

 

Lihat selengkapnya