"Katanya, kalo cowo cewe sahabatan, salah satu dari mereka pasti ada yang menyimpan sebuah perasaan lebih." Refa mengoceh sembari mengunyah makanan yang ia bawa dari rumahnya.
Ucapan Refa membuat seisi kelas sedikit ribut, murid perempuan langsung menimpali ucapan Refa. Ada yang bilang benar, ada juga yang bilang salah, sedangkan aku? Aku tetap diam. Aku tidak terlalu suka membicarakan hal yang berkaitan dengan kisah roman. Aku lebih suka kisah heroik, petualangan, atau misteri. Menurutku itu lebih enak kudengar.
Eva menarik kursi di sebelahku, kebetulan teman dudukku sedang pergi ke toilet. "Diem aja." Eva meniruku meletakkan kepala di atas meja dengan posisi miring.
Aku berdeham pelan, melirik Eva yang sedang menatapku, "Gak suka topik pembicaraan mereka." aku meneggelamkan kepala pada lipatan kedua tangan. Telingaku masih menangkap suara Refa dan yang lainnya sedang berbincang mengenai `Cowo cewe sahabatan`. Tampaknya pembicaraan mereka semakin memanas, tapi aku tidak peduli.
Eva terkekeh mendengar jawabanku, "Kenapa gak suka? Kamu normal kan?"
Aku menoyor kepala Eva dan memberinya pelototan tajam, "Waras ih! Buktinya bisa sekolah, bisa nerima pelajaran dengan baik. Dan soal kenapa gak suka topik itu, ya aku emang gak suka aja." Moodku sudah buruk. Aku malas berbicara kalau sudah badmood.
"Gak usah sewot dong. Nih, bayangin deh, suatu hari nanti kamu punya sahabat cowo, terus salah satu dari kalian nanti menyimpan sebuah rasa, seru ya kayanya."