Lukisan Tanpa Warna

Intanaaw
Chapter #4

Introvert dan Extrovert

Langit semakin meredup, matahari telah kembali ke titik tenggelamnya. Kini yang tersisa hanya bias sinarnya, menemani langkah mereka. Belum lama ini, keduanya turun dari mikrolet di daerah Bambu. Mereka sepakat berjalan kaki setelah sempat berdebat—Niko yang sudah lelah ingin naik ojek, sementara Dito bersikeras bahwa rumah eyangnya tak jauh dari pertigaan jalan besar.

“Jangan, lah, Dit. Kita naik ojek aja, paling cuma sepuluh ribu berdua,” keluh Niko.

“Deket kok rumahnya, lima menit juga nyampe.”

“Naik ojek aja, ya?”

“Ojek mahal. Ini Jakarta, bukan Bogor.”

“Lo kerja siang-malem, gajinya dikemanain?”

“Nabung. Buat masa depan.”

Niko mengembuskan napas berat, pasrah. Langkahnya terseret-seret, sementara kakinya sudah tiga kali kram hari ini. Mereka berjalan lebih dari sepuluh menit, menyusuri deretan rumah, supermarket, bengkel, dan berbagai bangunan lain. Kata “lima menit” dari Dito sudah jelas hanya iming-iming belaka.

Tapi kejengkelan Niko berubah menjadi heran ketika mereka berhenti di depan sebuah rumah besar, dengan desain penuh kemewahan.

“Ini rumah siapa, Dit?” tanyanya dengan mata membelalak.

“Rumah Pak RT,” jawab Dito santai, tanpa menoleh.

“Loh, kita ngapain ke rumah RT?”

Dito menoleh, mengernyit. “Ya lo pikir tujuan kita ke sini buat apa? Ini rumah eyang gue!”

Niko ber-wow sekali lagi. Saat Dito menekan bel, ia masih belum bisa memproses fakta itu.

“Berarti lo orang kaya, Dit. Terus kenapa naik ojek aja kagak mampu?”

Dito hanya melirik tajam, mengisyaratkan Niko untuk diam saat pintu gerbang terbuka. Seorang wanita paruh baya berbalut daster batik cokelat tua muncul. Dito tak mengenalnya, mungkin pembantu baru di rumah ini. Terakhir kali ia ke sini sudah lama sekali, sebelum ia sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya.

Baru saja Dito hendak memperkenalkan diri, wanita itu lebih dulu berseru, “Mas Dito, ya?”

Dito mengangguk, sedikit heran. Setelah masuk, ia baru mengerti. Foto keluarganya terpajang di ruang tamu—ayah, ibu, dia, dan Mas Nendra berjejer di sana. Ibunya memang anak tunggal, jadi cukup wajar jika ia menjadi anak kesayangan eyang. Dito dan Mas Nendra pun mendapat status cucu kesayangan, terutama bagi Eyang Putri.

Lihat selengkapnya