Tiara kembali memutar otak, ada apa sebenarnya yaa? Batinnya mengulang-ulang pertanyaan itu setiap saat. Karena bayangan itu selalu hadir ketika ia selesai melukis. Ahhhh…sugesti tak beraturan! Tepisnya dalam hati, mencoba menghilangkan perasaan buruk itu.
Namun masih saja ada rasa penasaran yang makin lama makin menguatkan kepenasarannya itu untuk selalu terus memikirkan. Hana nampak lama memperhatikan Tiara sedari tadi. Sepertinya Hana merasa aneh dengan sikap sahabatnya yang tidak seperti biasanya ini.
"Kau kenapa sih Ra?" tegur Hana akhirnya sampai membuat Tiara sedikit terkejut.
"Kenapa apanya?" Tiara balik bertanya. "Sejak tadi kau mengerut-ngerutkan kening terus, ada yang kau pikirkan? Apa kepalamu sedang pusing?" Tanya Hana sembari ia praktekkan kerut dikeningnya, menirukan seperti yang ia lihat didiri Tiara barusan. Tiara menggeleng cepat, kemudian meletakkan kuasnya, setelah ia cuci sapuannya di mangkuk kecil berisi air bersih.
"Kita makan yuk! Aku mendadak lapar nih Han," ajak Tiara kemudian, Hana pun mengangkat kedua pundaknya dan langsung beranjak dari kursi kecil tepat di samping lukisan Tiara. Hari ini Tiara tidak merapikan atribut melukisnya, seperti biasa jika ia meninggalkannya ketika hendak pergi keluar. Ia biarkan saja, karena Tiara berpikir setelah selesai makan nanti ia akan melanjutkan melukisnya kembali. Dan itu pasti.
Tiara sedang menyelesaikan lukisan seorang wanita setengah baya yang tengah menggendong buntelan kain di pundaknya yang entah berisi apa, dan memang belum selesai ia kerjakan, biasanya hanya dalam kurun waktu dua hari Tiara bisa selesaikan lukisannya. Kini, karena ia agak sedikit merasakan keanehan dibeberapa lukisannya belakangan ini, makanya ia sempat berhenti barang beberapa hari untuk tidak meneruskannya dahulu.
Namun tetap mengganggu pikirannya. Tiara selalu punya bahan apa yang hendak ia lukis ke depannya, biasanya ia harus berpikir beberapa hari lebih dahulu tema apa yang harus ia lukis. Sekarang apapun yang ia pikirkan langsung ia tumpahkan saja lewat lukisannya ini. Dan itu spontan, tanpa berpikir banyak di kepalanya. Kadang ia keheranan dengan hal itu. Seperti wanita setengah baya yang sedang ia lukis kali ini adalah spontan pula ia lakukan ketika itu, yaitu ia langsung saja memulasnya dengan lancar tanpa hambatan sedikitpun. Walau memang sengaja sekali tidak Tiara selesaikan, meski Tiara sanggup menyelesaikannya.
“Kita makan apa hari ini Ra?” Hana membuka suara. “Apa sajalah Han, yang penting makan, nasi padang anget-anget juga enak nih,” Tiara tersenyum simpul, sambil kedua tangannya tetap memegang stir mobilnya. Dilanjuti dengan Hana yang manggut-manggut tanda terserah saja buat ajakan Tiara itu. Tiara sesekali merubah volume radio di mobil. Karena Tiara sangat suka mendengarkan musik ketika menyetir, membuatnya lebih nyaman dan tentunya akan membawanya lebih berhati-hati. Karenanya ia gemar mendengarkan lagu-lagu Instrumen yang lembut terdengar ditelinga. Tepat sekali di tengah lampu merah, Tiara memberhentikan mobilnya dengan hati-hati. Banyak sekali pedagang asongan berpencar menjajakan dagangannya mendekati di setiap kendaraan yang berhenti, ada juga pengemis-pengemis di situ. Tampak oleh Tiara, nenek tua renta menghampiri persis di samping mobilnya, Tiara membuka sedikit kaca mobilnya, dan memberi selembar uang kecil kepada nenek itu, dan nenek itu sangat berterima kasih, serta mengucapkan kata-kata seperti doa untuk Tiara karena rasa terima kasihnya, entah apa yang diucapkannya Tiara tidak mendengar sama sekali. Namun Tiara sempat memberikan senyuman ikhlasnya.