“Cecilia! kamu mau ke mana?” pekik Tiara, yang mencoba untuk berlari mengejar Cecilia. “Hei, jangan ke sana itu berbahaya!” Tiara berteriak sekencangnya, supaya Cecilia mendengarnya, tetapi ia hilang dari pandangannya. Lenyap, Cecilia tidak mendengar sama sekali teriakannya, Cecilia menghilang dan sampai mulut Tiara hanya menganga kaku ia merasa sudah berusaha berteriak sekuat tenaga namun suaranya tak terdengar sama sekali.
Sepertinya percuma karena Tiara sudah berteriak sekencangnya tapi sia-sia. Suaranya pun tidak keluar. Ia pasrah saja Cecilia sudah tak terlihat lagi dari pandangan matanya. Tiara seketika saja menghentakkan kakinya hendak memberontak, namun sulit sekali dan terasa berat kakinya untuk digerakkan. Jantung dan nafasnya berlomba berpacu kencang, matanya membelalak terbuka lebar, Tiara masih terengah dengan napasnya. Tubuhnya penuh keringat, terasa lembab dan ia sangat tidak tahan.
Kemudian Tiara mengerjapkan kedua matanya melihat sekeliling kamarnya yang terlihat hanya sinar yang hendak masuk ke dalam kamar namun masih tertahan dan tertutup oleh horden jendela kamarnya. “Cecilia?” bisiknya lirih. “Aku bermimpi buruk, untung hanya mimpi.” Ujarnya lega. Menarik napas dan menghembuskannya perlahan sekali. Sembari mengelap lehernya yang penuh dengan peluh memakai punggung jemarinya. Ia menyender sejenak di tempat tidurnya untuk menenangkan diri.
Mimpi yang terasa seperti nyata. Tutur Tiara hingga menghela napasnya lagi. Suara burung berkicau di depan jendela kamar seolah hendak membangunkan Tiara dari tidur lelapnya, sambil matanya masih belum lebar terbuka, iapun melirik jam beker di meja kecil samping tempat tidurnya. Jam masih menunjukkan pukul 6.00 pagi. “Haduh, masih pagi” gumam Tiara, sambil mengucek matanya. Ia pun langsung saja beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Langsung ia lakukan supaya terasa segar saja sehabis mandi, lalu bisa melanjutkan melukis lagi. Karena mimpi itu membuatnya terasa tidak nyaman. Dan ia ingin melupakannya.
Selesai mandi Tiara mengecek dan menyalakan ponselnya yang semalaman ia matikan, karena memang Tiara selalu begitu, kalau sudah terlelap tidur ia tidak mau ada yang mengganggunya. Ternyata nomor ponsel Hana malam tadi beberapa kali meneleponnya. Aduh! Tiara menepuk jidat, ada apa sih ni anak telepon berkali-kali? Sungut Tiara dalam hati. Ia pun segera menelepon Hana.
“Ada apa Han? Kau semalam telepon aku? Maaf banget semalam aku sudah tertidur, ngantuk banget”. Jelas Tiara, setelah telepon sudah tersambung. “Ssstttt, jangan banyak ngomong dulu Tiara” Hana menyetop ocehan Tiara, dan diam sesaat, Tiara ikut diam. Bisu beberapa detik saja. Kemudian Hana membuka suara. Nadanya yang membuat Tiara penasaran dan akhirnya ia mendengarkan dengan seksama.
“Tiara, ada perempuan dan aku tidak mengenalnya menelepon ke ponselku semalam, dan berkali-kali. Aku mencoba menghubungi kamu tapi ponselmu mati, aku takut banget Tiara!” Suara Hana turun naik seperti habis dikejar-kejar anjing galak. “Perempuan?” tanya Tiara, dan nadanya terdengar datar.