Lullaby Untuk Lisa

Anisha Dayu
Chapter #3

#Track 2 - Sorry

"Kak Tirta, ngapain—"

Belum sempat Lisa melanjutkan kalimatnya, Tirta tahu-tahu sudah mendekapnya erat. "Syukurlah kamu nggak apa-apa. Tadi kakak takut banget pas dapet kabar kamu kecelakaan."

Lisa meringis malu mengingat perihal kecelakaan yang dimaksud. "Lisa cuma jatuh dari tangga, Kak. Sekarang udah nggak apa-apa," ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung Tirta. "Ya, meski kepala Lisa lecet, sih. Tapi serius, Lisa udah nggak apa-apa."

Tirta kemudian melepaskan pelukannya. "Yakin?"

"Yakin. Kakak bisa lihat sendiri, kan?" jawab Lisa sambil mengangguk mantap.Sebab ia paham betul kalau Tirta adalah orang yang overthinking, jadi sebisa mungkin ia menunjukkan kalau dia baik-baik saja agar pemuda itu tak tambah khawatir.

"Heh, kalian ngapain di depan pintu begini. Ngalangin jalan, tahu!" Mas Andri yang baru kembali sekonyong-konyong memisahkan mereka berdua, membuat celah supaya ia bisa lewat.

"Eh, maaf, Mas." Lisa menyengir, tapi kemudian cengirannya berubah menjadi ringisan karena Mas Andri memelototinya.

"Kamu ngapain di sini? Balik ke tempat tidur sana," kata Mas Andri sambil mendorong-dorong punggungnya, sementara di belakang Tirta mengikuti sambil geleng-geleng kepala. Mas Andri memang galak terhadap Lisa, tapi tak ada yang tahu jika ternyata di balik sikap judesnya itu, ia menyayangi Lisa seperti adik sendiri. Well, bagian ini sebenarnya hanya Tirta yang menyadarinya.

"Lho, Mas Andri udah mau pulang?" Lisa menekuk bibirnya melihat Mas Andri memberesi tasnya.

"Saya masih harus bikin laporan. Kamu kan udah ditemenin sama Tirta. Lagian sebentar lagi ibu kamu balik ke sini."

Lisa masih merengut, tapi karena tak mau kena omel lagi ia tak jadi protes saat Mas Andri berpamitan. Sepeninggal seniornya, ia tiba-tiba teringat sesuatu. Dengan cepat ia pun mengalihkan atensinya pada Tirta yang dari tadi memandangi interaksi Mas Andri dengan dirinya dengan penuh minat.

"Kak Tirta pasti bolos kursus, ya," tembaknya sambil melotot galak.

Tirta tersenyum kecil. Tangan yang tadi digunakan untuk menyangga dagu berpindah ke kepala Lisa. "Tadi kakak udah bilang kan kalau kakak khawatir banget, makanya tadi pas papi bilang kamu kecelakaan, di tengah jalan kakak langsung muter ke sini," katanya sambil memainkan ujung-ujung rambut Lisa yang sudah tumbuh melebihi bahu.

Lisa seketika memukul lengan Tirta. "Tuh, kan. Emangnya bos—eh, maksudnya papi nggak bilang kalau Lisa cuma kepeleset dari tangga aja?" Hampir saja ia salah memanggil. Tirta sangat tidak suka jika Lisa memanggil ayahnya—yang notabenene adalah bosnya Lisa juga—dengan panggilan seperti itu.

Setelah Lisa meralat panggilannya terhadap ayahnya, raut wajah tak suka Tirta berubah menjadi ramah kembali. "Bilang, sih. Cuma kakak kepengen lihat dengan mata kepala sendiri kalau kamu emang beneran nggak apa-apa. Lagian kamu kenapa sampai kepeleset begitu, hm?"

Seketika ekspresi wajah Lisa mengeras. Tirta yang menyadari itu pun menepuk-nepuk kepala Lisa untuk menenangkannya. Pemuda itu sudah bisa menebak apa yang sebelumnya terjadi karena sedikit banyak ayahnya telah bercerita apa yang terjadi di pesta tersebut.

Lihat selengkapnya