Lullaby Untuk Lisa

Anisha Dayu
Chapter #7

#Track 6 - First Encounter

Kalau ditanya sudah berapa momen pernikahan yang pernah dilihat Lisa, dia pasti akan menjawab dengan jemawa; banyak banget! Mau pakai konsep apapun atau di area mana pun—apalagi yang memakai konsep outdoor seperti siang ini, Lisa sudah sering menjadi bagian dari acara ribet itu.

Iya, ribet.

Soalnya, semua karyawan yang terlibat akan berangkat sebelum subuh untuk bersiap-siap, meski acaranya baru dimulai siang, bahkan yang malam sekalipun. Apalagi, sebelum acara, pasti ada saja komplain ini-itu dari si pemilik pesta. Kalau sudah ketemu klien yang rewel begini, biasanya Mas Andri bakal langsung minum obat pereda sakit kepala. Sebab, para klien yang ribet itu akan langsung komplain kepadanya. Terkadang, Lisa merasa kasihan, tapi Mas Andri bilang itu sudah jadi risikonya jadi project manager. Ya, Lisa bisa apa kalau Mas Andri sudah bilang begitu.

Lisa mengistirahatkan tubuhnya di atas toilet duduk sambil memijit-mijit betis. Sumpah, hari ini dia sibuk banget. Dari yang biasanya cuma jadi pramusaji yang wara-wiri mengantarkan makanan, tapi sekarang job desc-nya bertambah jadi tukang foto dadakan. Huh, gara-gara para tamu undangan—yang kebanyakan selebritis itu—tak henti-hentinya membuat konten untuk media sosial pribadi mereka.

Ya, siang ini memang diselenggarakannya resepsi petinggi manajemen artis yang Tirta ceritakan tempo hari. Kebanyakan tamu yang datang adalah artis-artis yang biasa terlihat di televisi, ada juga beberapa penyanyi papan atas, seleb medsos yang Lisa tak tahu namanya—tapi kalau ia bertanya pada Rika, pasti temannya itu bukan hanya menyebutkan nama, tapi sampai ke gosip-gosipnya sekalian. Kemudian, ada juga kolega-kolega bisnis dari si pengantin lelaki yang penampilannya terlihat mentereng dari kepala sampai ujung kaki. Khusus untuk Tirta, papi, dan James, Lisa merasa bertiga lebih layak berada di kategori kolega bisnis itu, bukannya di dalam kategori staf wedding organizer. Ya, meski pada kenyataannya resepsi ini digelar berkat bantuan wedding organizer milik papi, sih.

Omong-omong, karena Lisa tidak ikut geladi bersih minggu lalu karena dilaksanakan di hari sekolah, ia tak banyak tahu tentang si pemilik pesta. Kabar yang ia dengar dari Mas Andri sih pernikahan ini merupakan pernikahan kedua bagi si pengantin lelaki. Istri pertamanya meninggal dua tahun yang lalu. Dan, dari pernikahan pertamanya itu ia mendapatkan satu anak laki-laki yang sudah remaja.

Setelah merasa cukup beristirahat dan juga menuntaskan panggilan alam, ia memutuskan untuk kembali ke venue. Namun, belum sempat ia membuka pintu bilik toilet, suara hentakan hak sepatu di lantai yang disusul dengan keran yang menyala di luar membuat gerakannya terhenti.

Wah, gawat! Jangan sampai dia ketahuan memakai toilet tamu. Akhirnya, ia memilih untuk menunggu saja sampai orang-orang itu selesai dengan urusan mereka.

"Kok, dari tadi Zia nggak kelihatan, ya?" ucap seseorang. Lisa menebak kalau si pemilik suara ini adalah perempuan yang masih remaja karena suaranya terdengar ringan dan cukup melengking. Jujur, dia tidak suka dengan tipe suara seperti ini. Soalnya, mirip cewek-cewek cerewet plus biang gosip yang sering ia temui di sekolah. 

"Iya, padahal gue pengen banget ngajakin dia kolab bikin cover lagu tahun 80an. Duet gitu,” balas suara lain. Hmm … kalau cewek yang ini suaranya terdengar jauh lebih tebal dan berat dibanding cewek pertama. Lisa sudah bisa membayangkan kalau cewek ini menyanyi mungkin suaranya bakal sebelas-dua belas dengan tipe suara Beyonce atau Adele. Sebetulnya, dia tidak terlalu banyak tahu soal lagu atau penyanyi populer. Dia tahu dua nama penyanyi itu pun karena lagu-lagunya sering diputar oleh Mas Andri.

“Tapi, dia dateng nggak sih sebenernya?” tanya si cewek pertama.

“Dateng, lah! Kan hari ini nikahan bokapnya,” balas si cewek kedua.

“Jujur, kalau gue jadi Zia, gue pasti males banget dateng ke nikahan bokap gue sama si pelakor itu.”

Hah?! Lisa benar-benar tak menduga fakta satu itu. Dia pikir si pasangan pengantin hari ini menikah tanpa gosip. Secara, istri pertamanya sudah lama meninggal, jadi sah-sah saja kalau si pengantin lelaki ingin menikah lagi, kan?

Kalau boleh jujur, pasti ada saja gosip-gosip atau berita miring seperti ini dan biasanya akan bergaung di belakang para pengantin. Waktu awal-awal Lisa bekerja sebagai pramusaji di acara pernikahan, ia sempat kaget dan beberapa kali nyaris menghentikan para penggosip itu. Namun, lama-kelamaan ia jadi terbiasa. Kalau Mas Andri bilang sih itu semua cobaan pertama pengantin baru.

“Tahu dari mana lo kalau istri baru bokapnya Zia itu pelakor?” Si cewek kedua terdengar agak kurang setuju. “Gue nggak pernah denger atau nonton gosip begituan di media mana pun, tuh. Di akun-akun gosip selebritis aja nggak pernah ada. Secara istri baru bokapnya Zia kan dulu penyanyi terkenal. Nyokap gue aja nge-fans sama dia.”

Terdengar dengusan serta tawa nyinyir dari cewek pertama. “Gosipnya udah lama kali. Lo aja yang nggak update. Lagian, katanya, nyokapnya Zia meninggal gara-gara sakit mikirin masalah ini.”

Sudah cukup. Lisa tidak mau mendengarkan gibah ini lebih jauh. Bisa tambah dosa dia.

Tiba-tiba, pintu bilik toilet yang digunakan Lisa menjeblak terbuka. Dua cewek yang tengah sibuk bergosip terlonjak kaget karena tadinya mereka mengira toilet ini kosong.

“Maaf permisi.” Lisa buru-buru melarikan diri sambil menutupi muka. Ya, masa bodoh lah kalau nanti bakal ada laporan ke Mas Andri yang mengatakan ada salah satu pramusaji yang menggunakan toilet tamu. Lagi pula, tadi dia terpaksa, kok. Toilet yang disediakan untuk pihak wedding organizer ada di gedung utama dan posisinya saat itu tengah berada di kolam renang yang jaraknya cukup jauh dari gedung. Jadi, mana sempat dia lari ke sana. Keburu bocor duluan, lah!

Setelah berhasil keluar, Lisa kemudian melanjutkan tugasnya untuk mengumpulkan gelas-gelas kosong. Setibanya di salah satu stall makanan yang letaknya lumayan jauh dari spot utama venue, ia mendapati asap putih tebal membumbung dari balik semak-semak. 

Lisa berdecak jengkel. Dasar tamu undangan tidak tahu aturan! Padahal di depan pintu masuk venue sudah ada larangan dilarang merokok segede gaban masih saja ada yang bandel. Huh, jangan kira karena mereka adalah tamu undangan dan bisa seenaknya. Awas saja, dia sudah dilatih Mas Andri untuk mengatasi masalah ini.

“Mohon maaf di sini dilarang merokok, Kak,” tegur Lisa sambil tersenyum pada seorang cowok yang tengah berjongkok di balik semak-semak. 

Cowok itu masih cuek sambil terus menyesap nikotin dari rokok elektriknya, seolah menganggap ucapan Lisa barusan cuma angin lalu.

Dahi Lisa mengerut jengkel. Orang dengan tipe susah diatur seperti ini yang Lisa tidak suka. “Kak, mohon maaf. Di area venue dilarang untuk merokok,” tegurnya sekali lagi.

Cowok itu masih mengindahkan larangan Lisa. Malah, sekarang ia sibuk menghabiskan minuman soda kaleng dan membuang sampah kalengnya sembarangan.

Lihat selengkapnya