Luminary

Sukma
Chapter #1

1 - Identitas Baru

Kematian yang tragis menyapanya, seorang ahli pembuat ramuan yang dikenal dengan julukan "Maniac Ramuan". Kehidupannya berakhir dengan ironi ketika berusia 29 tahun, setelah mencoba ramuan hasil karyanya sendiri. Namun, ironi yang lebih dalam menghimpitnya ketika dia mendapati dirinya hidup kembali dalam tubuh seorang anak berusia 12 tahun. Dia merasuki tubuh Evelina, putri haram Count Etsalin yang dipungutnya setahun yang lalu.

Rambut peraknya mengalir panjang seperti sutra, matanya biru indah layaknya permata langka, bulu matanya lentik, bibirnya mungil berwarna merah muda, dan kulitnya putih lembut tanpa cela. Dalam kerlipan cermin rias, dia tertarik pada pantulan dirinya, takjub dengan kecantikannya yang memukau.

"Evelina... Maafkan aku, sepertinya aku harus menggunakan identitasmu untuk sementara. Jika kau kembali, aku akan mengembalikannya," ucapnya, berbicara pada pantulan dirinya seakan-akan sedang bercakap-cakap dengan pemilik tubuh asli.

Dia mengaku bahwa dahulu namanya adalah Luana, seorang ahli ramuan. Namun, ketika dia merasuki tubuh Evelina dan mengambil ingatannya, dia merasa seolah telah mencuri identitas dan tubuh orang lain. Dia merasakan beban rasa bersalah atas perbuatannya.

Di dalam ruangan luas dengan interior klasik berwarna coklat dan putih, Evelina tinggal. Di tengah-tengah suasana sepi, tiba-tiba pintu terbuka dan seorang wanita muda dengan pakaian sederhana masuk ke dalam ruangan.

"Akankah Anda melewatkan kelas lagi hari ini?" tanyanya, wajahnya datar tanpa ekspresi.

Evelina berbalik dan melihat pengasuhnya. Meskipun dia adalah pengasuh Evelina, sikapnya selalu malas dan sombong.

"Sebagai anak rendahan, Anda memanglah tak berguna. Tak heran jika Count tak pernah mengindahkanmu. Ingatlah, tidak akan ada makan siang atau malam jika Anda melewatkan kelas lagi hari ini," ujarnya dengan nada merendahkan.

Suara itu penuh dengan ejekan, dan tatapan mata pengasuh itu merendahkan. Evelina memang kurang terampil, sering melewatkan kelas, dan lebih suka mengurung diri dalam kamar dalam kondisi perut yang keroncongan.

"Aku akan pergi. Bantu aku mengganti pakaian," kata Evelina dengan dingin, duduk di kursi.

Lihat selengkapnya