Luminary

Sukma
Chapter #2

2 - Makan Malam Yang Menarik

Evelina melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan yang nantinya akan digunakan sebagai ruang kelas. Tatapan matanya mengitari ruangan yang sepi, hanya ada seorang wanita berkacamata yang tengah sibuk menghadap buku tebal di meja.

"uh, hai?" Evelina memberikan sapaan dengan suara yang terdengar canggung.

Ketika menyadari Evelina ada di sana, guru yang sering dipanggil Olivia itu mengangkat kepala dan memalingkan pandangannya. Di ujung kacamata Olivia, terpancar kilatan cahaya tajam saat dia menilai penampilan Evelina dengan tatapan yang penuh penilaian.

"Nona Eve, silakan duduk di kursimu," ucap Nyonya Olivia memberikan perintah dengan nada yang tegas. Dia cukup mengenal gadis berusia 12 tahun ini. Bagi Nyonya Olivia, Evelina hanyalah seorang anak yang mencoba menyembunyikan diri karena rasa takut. Meskipun guru ini tidak terlalu suka jika muridnya membolos, dia tetap bersedia mengajar, mungkin karena sosok Evelina mengingatkannya pada putrinya yang telah meninggal tiga tahun lalu. Meski warna rambut dan mata mereka berbeda, serta karakter mereka tidak sama, tetapi ada kemiripan dalam pandangan Olivia.

"Baik,guru," Evelina duduk dengan patuh, senyum manis terhiasi di wajahnya yang cukup cerah. Nyonya Olivia adalah guru yang baik dan penuh pengertian. Dia tidak pernah mempertanyakan latar belakang Eve, bahkan menghormati keberadaannya dan orang lain. Eve beruntung memiliki seorang guru seperti ini, meskipun kenyataannya dia tidak begitu tertarik pada pelajaran, sehingga sering kali membolos.

Untuk pertama kalinya senyuman merekah di wajah Evelina. Tatapan Nyonya Olivia menyelip di balik kilatan senyum manis itu, seolah-olah bayangan putrinya terpancar dari dalam diri Evelina. Mungkin rindu yang selama ini dirasakannya terhadap putrinya yang telah tiada, membuatnya melihat kilasan kenangan dalam setiap senyuman tersebut.

"Nyonya, apakah semuanya baik-baik saja?" Evelina sedikit bingung ketika Nyonya Olivia terus menatapnya dengan mata kosong, seolah tenggelam dalam lamunan.

Nyonya Olivia terkejut dan cepat-cepat mengalihkan pandangannya-

"Nona, mungkin saya boleh memeluk Anda sebentar?" suaranya terdengar canggung, dan pandangannya enggan menatap Evelina.

Sejenak terjadi keheningan sebelum Evelina akhirnya menjawab, "Selama tidak menyakiti saya, Anda boleh melakukannya." Evelina merasa sulit menolak, terlebih ketika ia melihat sorot mata Nyonya Olivia yang penuh dengan kerinduan mendalam.

Dengan perlahan, Nyonya Olivia mendekat dengan hati-hati dan merangkul Evelina dengan tubuh yang gemetar. Rasa kerinduannya agak mereda saat merasakan sentuhan tubuh Evelina.

Evelina yang terpeluk hanya bisa membeku, untuk pertama kalinya seseorang memeluknya. Bahkan di masa lalu sebelum merasuki tubuh Evelina, tak seorang pun berani memeluknya karena dia selalu mengisolasi diri dari sentuhan fisik. Dari pelukan tersebut, untuk pertama kalinya dia merasakan kehangatan dan tenggelam dalam rangkulan yang lembut, membuat tubuhnya seakan-akan enggan melepaskan pelukan tersebut.

Rasanya seperti menyatu dalam momen itu, ketika dua jiwa yang berbeda menyatu dalam satu ikatan kehangatan. Evelina bisa merasakan getaran lembut dari tubuh Nyonya Olivia, seperti getaran getaran yang membawa pesan-pesan kebaikan dan dukungan. Rasa takut dan kaku yang selama ini menghampirinya perlahan-lahan menghilang, tergantikan oleh perasaan damai yang baru.

Nyonya Olivia yang masih memeluk dengan penuh rasa, merasa seolah-olah putrinya yang telah tiada kembali dalam bentuk lain. Dia merasakan kehadiran putrinya dalam detak jantung Evelina, dan itu memberinya sedikit kelegaan. Pelukan itu membantu menyembuhkan sebagian dari rasa kehilangannya yang begitu dalam.

Lihat selengkapnya