Cho Rong mencoba membuka dengan menggunakan sidik jarinya tetapi tidak bisa.
Tet!
"Ah! Sidik jari Ayah. Gimana caranya aku bisa membuka lukisan ini?"
Dia menoleh kesana-kemari, sampai tujuan matanya terhenti di meja kerja Ayahnya. Dia berjalan mendekati dan menemukan gel silikon yang telah terjatuh ke lantai.
"Seharusnya ini bisa digunakan," ucapnya membawa gel silikon itu.
Beberapa menit kemudian, Cho Rong berhasil membuka sidik jari di lukisan itu. "Yes! Pintar juga kamu Cho Rong."
Dia membuka lukisan itu dan tatapannya menjadi kesal. Dia melihat brankas besar yang membutuhkan kata sandi lagi. "Oh? Come on! Aku benar-benar lupa kalau di dalam masih ada brankas dengan kata sandi angka."
Cho Rong menatapi brankas yang tepat berada di depannya. "Sebentar, waktu kecil aku pernah lihat Ayah membuka brankas ini. Tapi angka apa aja ya? Ayo, Cho Rong ingat!" matanya terbelalak membesar.
Dia menekan pikirannya, untuk dapat mengingat masa lalunya. "291-291, apa ya? Aduh! 291-513? Semoga benar! 291513!"
Setelah mengingat angka tersebut dia menekan tombolnya.
Tit... Tit... Tit... Tit... Tit... Tit...
Helaan nafas terdengar dari Cho Rong. Dia menatapi layar kecil dengan tanda bintang berwarna merah didepannya. Dia memutar kunci yang berada tepat disebelah tombol.
Cklek!