“Del?” Terdengar suara dari seberang setelah beberapa lama Adel terdiam, tak segera menjawab pertanyaan Talitha.
“Eh, iya Tha. Itu … kayaknya kesalahan sistem mereka aja. Udah lunas kok. Nanti aku protes sama mereka.” Spontan Adel berbohong karena tak ingin Talitha tahu lebih jauh kondisi keuangannya.
“O, syukurlah kalau memang udah lunas. Jadi itu yang bikin tabungan kamu ludes sampai perlu bantuan buat biaya berobat orangtuamu?”
Ini adalah kebohongan lain yang Adel katakan kepada teman kuliahnya itu dua hari lalu saat ia meminjam uang kepada Talitha. Padahal Adel membutuhkannya untuk melunasi utang pinjaman online yang sudah lewat tenggat dan menjadi topik dari WA call ini dan pesan-pesan Whatsapp tadi.
“Iya, Lit.”
“Del, sebenernya buat apa sih minjem ke pinjol segala?”
Adel tak segera menjawab karena memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Talitha. Tak mungkin ia mengatakan yang sesungguhnya. Percuma saja ia melakukan dua kebohongan sebelumnya. Apa yang disembunyikan jadi terungkap.
“Sorry, enggak maksud kepo. Tapi, menurutku sih ngutang ke pinjol bukan solusi yang bagus, Del.”
Adel tahu, tetapi itu solusi termudah untuk memenuhi biaya hidupnya yang lumayan tinggi. Lagi pula biasanya tidak seperti ini. Pembayaran berjalan lancar setiap meminjam melalui pinjaman online. Namun, sejak work from home tiga bulan lalu yang membuat gajinya dipotong hampir setengahnya dan dua bulan lalu diberhentikan sementara dari perkerjaan, Adel melakukan gali lubang tutup lubang. Hingga jumlah pinjamannya mentok bahkan jika meminjam lagi pun tak cukup untuk melunasi utangnya itu.