Bahkan satpam pun tahu kalau ia menunggak pinjaman online! Sungguh memalukan! Pinjaman online sialan! Ranjang bergoyang cukup keras karena Adel membantingkan bokongnya di sana. Rahangnya kembali kaku dan hawa panas mulai terasa di dada. Ia sudah memikirkan sejak tadi malam akan menghubungi pihak pinjaman online bermaksud protes karena pesan-pesan Whatsapp yang disebarkan ke teman-temannya itu. Sekarang, ia jadi makin mantap. Tepat pukul delapan nanti, dipastikan ia akan melakukan WA call ke narahubung perusahaan pinjaman online itu.
Kalau saja perutnya tidak melilit, Adel tak akan menyantap sarapannya. Seleranya benar-benar menguap walaupun aroma bubur ayam yang biasanya membuat air liur menetes, memenuhi udara kamar. Setengah sarapannya tersisa di mangkuk yang ditaruh begitu saja di nakas. Adel berbaring dan memejam, berusaha mengusir hawa panas yang masih berkeliaran di dada. Namun, walaupun ia sudah menghidupkan mode sunyi pada ponselnya, bayangan layar ponsel yang hampir terus-menerus menyala karena banyaknya pesan Whatsapp dan panggilan telepon masuk, berlarian di kepala. Membuat hawa panas tak mau menyingkir.
Entah berapa kali Adel membuka mata dan melirik jam dinding. Jarum jamnya terasa lebih lambat dari biasa. Setengah jam menuju pukul delapan terasa seperti berminggu-minggu. Begitu jarum pendek tepat di angka delapan, ia bangkit dan meraih ponsel di meja rias. Matanya mengabaikan puluhan pemberitahuan pesan masuk dan panggilan tidak terjawab saat jempol Adel dengan cepat mengontak narahubung pinjaman online.
“Mas! Gimana sih? Kok masih juga nge-BC1 WA ke kontak saya!” Tanpa menjawab salam, Adel langsung menyemburkan kekesalannya kepada narahubung pinjaman online. “Kan saya sudah bilang, bakalan segera melunasi pinjaman. Mas juga sudah janji enggak akan nge-BC WA!”
“Jadi gini, Mbak. Itu sudah prosedur dari sistem kami. Saya tidak bisa mengubah seenaknya.”
“Kalau gitu Mas jangan janji-janji kayak kemarin segala!” Adel masih tidak terima. Napasnya agak memburu karena emosi.
“Saya kan kemarin bilang, akan saya coba, tapi tidak menjanjikan berhasil. Dan saya sudah coba, tapi tidak berhasil.” Suara narahubung terdengar berubah tidak seramah sebelumnya. “Jadi, lebih baik Mbak segera melunasi pinjamannya saja.”
Adel terdiam sejenak berusaha menahan hawa panas di dada yang sejak tadi mendesak ke kepala. Setelah menarik napas panjang, ia berkata lebih pelan, “Oke, saya bayar besok. Tapi tolonglah, Mas. Hentikan BC Whatsapp-nya.”
“Baik. Saya akan coba lagi, tapi tetap tidak bisa menjanjikan hasil.”
Kedua tangan Adel meremas kuat begitu percakapan dengan narahubung pinjaman online selesai. Walaupun segan, kali ini ia menelusuri pemberitahuan pesan masuk dan panggilan tidak terjawab, mencari nama Talitha. Ia berharap mendapat kabar dari teman kuliahnya itu kalau dana yang dijanjikan sudah ditransfer. Ia sudah berjanji akan melunasi utang itu besok. Jadi, transfer dari Talitha harus masuk hari ini. Namun, sampai habis pemberitahuan tersebut, nama yang dicari tidak ditemukan. Malah dada sesak karena mau tak mau ia membaca pesan-pesan Whatsapp dengan isi hampir sama dari teman-temannya. Beberapa mulai mengomel karena sudah dua kali mendapatkan pesan dari pinjaman online tempatnya berutang.
Adel mencoba mengecek rekeningnya melalui internet banking. Siapa tahu Talitha lupa tidak memberitahu kalau ia sudah melakukan transfer. Namun, rekening yang isinya makin menipis itu tidak bertambah. Ia juga berusaha menghubungi kembali nomor Ibu. Adel menarik napas panjang saat mendengar jawaban yang sama seperti terakhir mengontak Ibu, dari mesin penjawab otomatis. Sebenarnya ia ingin sekali menghubungi Talitha, tetapi tak enak hati. Mereka bukan teman dekat lagi saat ini dan ia khawatir kebohongannya terungkap. Akhirnya ia hanya bisa melakukan dua aktivitas pertama berkali-kali dengan hati gundah hingga melewati waktu makan siang.