Lunas

Puspa Kirana
Chapter #6

6. Have Been Removed

Walaupun sudah menduga pertanyaan seperti itu yang akan didengarnya, tetapi Adel tetap merasa tidak nyaman, membuatnya tak segera menjawab. Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk mengaku meminjam dari pinjaman online dan belum bisa membayarnya. Tentu saja alasan meminjam tetap perlu disembunyikan. Ia akan menggunakan cara yang dilakukan saat meminta bantuan Talitha. Siapa tahu seperti Talitha, Naila juga terketuk hatinya untuk membantu.

“Del? Kamu masih di situ, kan?”

Nada suara Naila yang perhatian seperti biasanya membuatnya makin mantap untuk melakukan aksinya.

“Iya, masih Nail.”

“Ada apa kok pinjam ke pinjol segala?”

“Tapi janji jangan bilang-bilang ke yang lain ya, Nail.”

“Iya.”

“Aku lagi butuh banget, Nail. Ibuku kambuh sakitnya dan perlu biaya lumayan.”

“Memang ayahmu enggak bisa biayain?”

“Tahu sendirilah lagi pandemi kayak gini, semua usaha juga terkena dampak. Usaha ayahku lagi sepi banget.”

“Memang enggak ada tabungan banget atau asuransi kesehatan?”

“Ada, tapi tetap enggak cukup. Asuransi enggak nanggung semua pengobatan.”

“O, gitu. Tapi sekarang udah dilunasin, kan?”

“Nah, itu dia, Nail. Aku juga lagi bingung. Tabunganku habis. Ayah baru ada pemasukkan lagi awal bulan nanti.”

“O, gitu.”

Sepi beberapa saat. Adel tadinya menunggu tawaran bantuan dari Naila, tetapi ia tidak sabar. Hari sudah sore, besok ia harus melunasi utang pinjaman online-nya. Ia tak bisa menunggu lebih lama lagi.

“Nail, emmm … kalau aku pinjam dulu uangmu buat lunasin utang pinjol itu, bisa enggak?” Agak tergagap Adel mengucapkannya.

Naila masih belum bersuara. Hati Adel mulai menciut, tetapi besok ia harus melunasi pinjaman itu. Ia tidak ingin pesan-pesan Whatsapp dari pinjaman online terus-terusan dikirimkan ke kontak di ponselnya. Ia harus mendapakan uang untuk melunasi itu sekarang, saat ada kesempatan meminjam dari Naila.

“Awal bulan depan aku kembalikan. Bisa, Nail?”

“Aku tanya Mas Arya dulu, ya. Uangku dari dia semua.”

Hati Adel berhenti menciut. Semestinya Mas Arya, suami Naila mengizinkan. Uang sejumlah itu tidak apa-apanya bagi mereka. Bahkan pandemi sudah berjalan beberapa bulan pun, sifat boros teman Nyai Hebringers itu tidak berkurang.

Setelah percakapan dengan Naila selesai, langkah Adel terasa lebih ringan. Ia memasukkan baju-baju yang kemarin dibeli ke tempat cucian di luar kamar tepat sebelah kiri pintu. Ia juga membersihkan sepatu dan tas barunya sebelum mandi sore. Ia bermaksud menghubungi Naila sekitar pukul delapan malam nanti jika temannya itu belum memberi kabar. Sambil menunggu waktunya tiba, Adel menonton film di salah satu saluran TV kabel salah satu fasilitas dari indekos ini.

Pukul delapan malam kurang beberapa menit, Adel mengambil ponsel dari nakas. Tanpa menghiraukan pemberitahuan pesan dan panggilan telepon tidak terjawab yang masih banyak masuk, ia langsung membuka aplikasi Whatsapp. Ia hampir membuka chat dengan Naila ketika matanya mendeteksi cukup banyak percakapan di grup Nyai Hebring. Padahal sejak kemarin grup itu sepi. Sebagai Nyai Hebringers, Adel selalu berusaha tidak ketinggalan berita. Otomatis jempolnya membuka grup tersebut.

Lihat selengkapnya