Wajah Erin dan Icha segera terlihat begitu Adel membuka mata. Walaupun bermasker, mata mereka memperlihatkan kekhawatiran. Sepertinya karena melihat tatapan Adel tetap redup. Meskipun redup, tetapi pandangan Adel sudah bisa fokus dengan mengikuti gerak adiknya yang menjauh kemudian mendekat lagi dengan membawa obat mag.
“Teteh belum sarapan, ya? Kata Mbak Icha, tadi nasi goreng Teh Adel tumpah.”
Adel tak menjawab. Tubuhnya memang sudah tidak selemas tadi, tetapi ia belum bisa menghilangkan kebingungan atas masalah yang dihadapi. Kehadiran Erin dan Icha masih menimbulkan curiga. Apa mereka benar-benar bisa membantu atau malah membuatnya makin terpuruk. Adel tidak akan lupa tingkah adik tirinya itu yang kerap membuatnya kesal dengan merebut perhatian Ibu darinya sejak mereka pindah ke rumah Ayah Redi. Sementara Icha, hanya menjadi partner Vanda melontarkan nyinyiran sejak masalah pinjaman online-nya merebak di antara mereka.
Namun, Adel tidak menolak ketika Erin memintanya meminum obat mag karena sekarang baru terasa perutnya melilit. Setengah jam kemudian, ia juga mau memakan bubur yang dipesan adik tirinya itu. Setelah sarapan, tubuhnya terasa lebih rileks. Ia sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu ketika perlu buang air kecil. Padahal menurut Erin, adik tirinya itu sampai perlu meminta bantuan Icha untuk membawanya ke tempat tidur saat membuka pintu tadi.
“Teh, kata Mbak Icha, Teteh belum bayar indekos, ya? Terus besok harus sudah pindah dari sini?” Suara Erin terdengar hati-hati. Ia mendekati Adel dengan membawa sepiring kecil puding karamel kesukaan kakak tirinya.
Adel menarik napas dalam dan memutuskan mengakui itu setelah melihat perlakuan Erin sejak ia datang tadi. “Iya, Rin.”
Ia merasa melihat ketulusan dari adik tirinya itu sejak datang ke indekos ini. Erin tidak banyak berkomentar, melainkan sigap melayani kebutuhannya sampai ia mulai membaik.
“Terus Teteh mau ke mana? Pulang ke rumah kita?”
Adel menggeleng pelan. “Entahlah. Teteh belum tahu.”
“Maafkan Erin, ya Teh. Enggak bisa bantu bayarin kos Teteh. Tabungan Erin dipinjam Ayah buat nambahin bayar gaji karyawan. Usaha Ayah lagi susah sejak pandemi. Mana Ibu kambuh, jadi butuh biaya untuk dokter dan obat.”
“Ibu? Ibu masih sakit?” Wajah dan tubuh Adel menegang.
“Iya, tapi alhamdulillah, kemarin sih udah membaik. Makanya Erin balik ke kosan.”