Blurb
Namanya Bitter. Ia menyebutnya dengan tenang, seolah tak ada yang perlu dijelaskan. Barangkali karena hidupnya pun berjalan seirama dengan nama itu—pahit, pekat, dan tak pernah benar-benar selesai.
Ia menyukai perjalanan dengan kereta. Barangkali karena di sanalah ia bisa merasa diam tapi tetap bergerak.
Dan dalam salah satu perjalanan terakhirnya, ia bertemu seseorang—laki-laki asing yang tanpa sadar mengajaknya keluar dari zona nyaman, meski hanya sebentar.
Layaknya sebuah perjalanan di dalam kereta: singkat, kadang berkesan, tapi seringkali berlalu begitu saja. Seperti itulah hidup Bitter berjalan.