Suasana dalam mobil masih tegang akibat perkelahian yang menyebabkan si wanita bermain tangan pada pria di sampingnya ini. Ia merasa bersalah akibat apa yang ia lakukan barusan. Bahkan sampai menggepalkan tangannya dan membodohi dirinya sendiri. Dirinya sedang banyak pikiran, tak seharusnya ia membuat pria di sampingnya ini sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Hingga air matanya menetes dan ia menangis di sana.
Justin menoleh saat mendengar isakan Anna di samping. Setelah tamparan dari Anna mengenai pipinya tadi, ia lebih memilih diam di banding harus meladeni wanita yang mungkin sedang kesal ini. Ia juga tak ingin menyalahi Anna, karena dirinya juga tadi dengan lancangnya menyetubuhi Anna secara paksa. Walaupun sebelumnya mereka pernah melakukan, tapi jika tanpa persetujuan wanita itu, sama saja dengan Justin memperkosa Anna.
“Maafkan aku.” lirihan Anna terdengar di tengah isakannya.
Justin menoleh dan langsung menarik Anna ke dalam pelukannya.
“Sudah jangan menangis.” Ucap Justin sambil mengelus pelan surai berwarna pirang milik Anna.
“Aku kesal pada diriku. Kenapa aku tak bisa melupakan bajingan itu. Aku hanya ingin hidup normal Justin. Aku lelah jika terus seperti ini.” ucap Anna.
Justin tak menjawab dan memilih untuk mendengarkan keluh kesah wanita ini sambil tetap mengelus rambut hingga punggung Anna.
~
“Kau ingin kemana?” tanya Nicky pada suaminya yang tengah memakai kemeja kerjanya.
“Ayah memanggilku ke kantor. Aku di minta untuk membantunya.” Jawab Aiden.
“Huh, kenapa ayah tak bisa menunggu sebentar sih. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu. Kita saja tidak jadi bulan madu.” Keluh Nicky.
“Sayang, bersabarlah. Jika ini selesai, aku akan meminta pada ayah agar kita bisa bulan madu berdua. Dan tentu saja menjalankan program agar kau bisa hamil.” Balas Aiden mengelus pipi istrinya dengan lembut dan menatap Nicky penuh sayang.
Karena di perlakukan seperti itu, Nicky tersenyum dan sangat bahagia jika Aiden sangat mencintainya. Ia bersyukur karena Aiden sangat pengertian padanya dan tentu saja pada bisnis yang sedang keluarganya jalankan. Ia menganggap Aiden ingin belajar dengan ayahnya bagaimana berkecimpung di dunia politik.
“Aku pergi dulu sayang. Jaga dirimu dan jangan lupa makan ya.” Pamit Aiden sambil mengecup kening Nicky dengan lembut.
“Baiklah. Kau juga jangan lupa makan.” Balas Nicky sambil tersenyum.
Aiden pun melangkah keluar dari kamarnya menuju ke bawah karena supir pribadinya telah menunggu.
“Ke kantor ayah.” Perintah Aiden lalu bersandar pada kursi di belakangnya.