Lutfi Gilang

Penulis Noname
Chapter #6

Decision.5

Dari Diary Lutfi

20 Mei 2020

 

Mobil melaju tanpa menyalakan sirine, berbaur dengan para pengemudi lain yang mengarahkan kendaraan mereka ke Shibuya. Alih-alih menuruti Tatsuya untuk kembali ke Bandar Udara Intertasional Tokyo, aku memutuskan mengambil jalan berbeda.

Shibuya menjadi pilihan paling tinggi untukku setelah memprediksi kendaraan lain yang kemungkinan membawa dia. Meski berulang kali Kyoko memaksa mengejar Tatsuya, karena merasa kalau pria itu memiliki hubungan khusus dengan si orang Eropa. Namun aku berusaha meyakinkannya kalau hubungan itu hanya sebatas dendam, barang kali. Aku hanya menebak.

Ada begitu banyak kemungkinan memang, tapi yang menjadi prioritasku kini adalah menyelamatkan kekasihku. Apa pun risikonya.

Kabar yang ditunggu akhirnya tiba. Dari rekaman CCTV yang masuk ke ponsel Kyoko, kami melihat ada dua mobil—van hitam dan van putih—dengan plat nomor yang sama. Menuju ke arah berlawanan. Kini kami sadar, bagaimana van itu bisa berganti warna, karena sejak awal mereka ada dua.

Namun yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, “Bagaimana bisa dua mobil memiliki plat nomor yang sama? Apalagi di Jepang?”

“Mari anggap mereka bisa melakukannya karena punya banyak koneksi,” Aku menyahut.

“Benar, akan membuang waktu berharga memikirkan hal itu,” kata Kyoko.

“Jadi, apa kamu bisa mendapatkan informasi mengenai van hitam itu? Mungkin saja, van itu yang seharusnya kita cari.”

“Ada beberapa pesan baru masuk.”

Kyoko menepikan kendaraannya ke sebuah taman dekat Aoyama Gakuin Elementary School. Aku meminta ia memarkirkan mobil di balik pohon yang sukar terlihat dari arah belakang pun seberang, juga tak mematikan mesin. Berjaga kalau-kalau hipotesisku benar—si orang Eropa bakal melalui jalur ini—kami takkan kehilangan banyak waktu mengejar dengan menunggu mesin menyala.

Selagi polwan di sisiku mengecek ponselnya, aku mengamati sekeliling. Belum sampai satu menit berlalu mobil yang dicari-cari melaju melalui kami. Dan sekali lagi aku melihat dengan jelas si orang Eropa. Ekspresinya cukup panik, sangat berketerbalikan dengan cara menyetirnya.

“Itu dia!” sontak aku berseru.

“Ada apa Lutfi-san?” Kyoko terkejut.

“Si orang Eropa, dia baru saja lewat.”

“Mustahil!” Kyoko berteriak sambil menginjak gas keras, membuat mobil melaju kencang.

Si pengendara van hitam bagai menyadari kalau ia tengah diburu polisi. Sehingga membuat mobilnya berjalan lebih cepat.

Ketika sirine polisi dibunyikan dan Kyoko meminta si supir menepi melalui pengeras suara, respons yang diberikan adalah van itu benar-benar menepi. Kami terkejut dan cukup kebingungan dibuatnya. Sampai aku berpikir, barang kali kami salah tangkap. Namun saat kedua mobil telah sangat dekat, si orang Eropa dengan lihai melesatkan amunisinya. Kalau saja aku tidak menghindar, peluru itu takkan bersarang pada lengan Kyoko.

“Aaah!” erang polwan di sebelahku.

Tak mau kalah. Aku meraih pistol dari pinggang Kyoko dan menembaknya tepat mengenai roda kiri mobil yang berusaha kabur.

Lihat selengkapnya