Sarah menaiki anak tangga karena mendengar suara kegaduhan di lantai atas. Ia membuka pintu kamar paling ujung dari koridor, mendapati enam orang anak kecil sedang meloncat-loncat dari satu tempat tidur ke tempat tidur lain dan saling melempar bantal.
“Kenapa kalian belum tidur juga?” tanya Sarah pada mereka, ia menghela napas.
Seorang anak lelaki berambut pirang meloncat-loncat di atas kasurnya. “Karena ini sangat menyenangkan!” serunya sambil terus melambung tinggi di udara.
“Louis, berhenti meloncat atau kau akan terjatuh,” perintah Sarah kepada bocah itu, ia memiringkan kepalanya sedikit.
Lompatan Louis lambat laun menjadi semakin rendah.
Dua orang anak perempuan, satu dengan gigi depan ompong dan satunya lagi dengan rambut terkepang dua, saling melemparkan bantal pada satu sama lain.
Sarah mendesah. “Isla, Lillian, turunkan bantal itu. Saatnya kalian tidur.”
Bocah laki-laki yang masih berumur sekitar empat tahun, yang paling muda dari keenam anak-anak itu, berlarian di sekitar Sarah seraya menerbangkan mainan pesawat-pesawatan di tangannya. Sarah menangkap bocah itu dan menggendongnya ke salah satu tempat tidur terdekat.
“Aku masih ingin bermain!” rengek bocah itu di pangkuan Sarah.
“Kris, kau harus istirahat. Besok kau bisa bermain kembali,” jawab Sarah lugas sambil menyamankan posisi duduknya di tepi tempat tidur.
Anak-anak yang lain satu persatu mulai mendekati Sarah. Mereka duduk melingkar di dekat gadis itu.