Lyra and The Moon

Fann Ardian
Chapter #7

Lyra's Little Adventure

Quentin dibuat terheran-heran oleh anak perempuan satu-satunya. Seperti biasa, Quentin bangun sekitar pukul setengah enam lalu mandi dan bebersih. Setelah menyiapkan sarapan sederhana untuk dirinya dan Lyra, ia pergi ke kebun untuk merawat sayur-sayurnya. Pagi ini, gadis itu sudah terlihat menyirami anak-anak wortel dan tomat yang baru saja ditanamnya kemarin. 

“Tumbuh yang subur kalian, ya,” senandung Lyra sambil terus menyirami tanaman dengan riang. Ia menyiram dari satu bagian ke bagian lain secara zigzag. Gadis itu juga mengenakan topi jerami dan overall, lengkap dengan sekop kecil tersembul dari saku depan pakaiannya. 

Quentin hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan kedua lengan terlipat. Anak ini benar-benar serius ingin mengikutsertakan kebun mereka dalam Lomba Pameran Kebun Festival Panen Tahunan Deanville. 

“Oi! Kau yang berada di kebun,” teriak Quentin dari ambang pintu.  

Lyra tampak mendongak dan melihat ke kanan dan ke kiri, sebelum dia menoleh ke arah ayahnya berdiri.   

“Apa yang sedang kau lakukan di sana?” tanya Quentin.  

Gadis itu nyengir lebar. “Aku sedang menyiram sayur mayur!” balasnya, mengangkat gembor yang berbentuk cerek besar itu di depan wajahnya. “Lihat, aku sudah hampir selesai menyiram seluruh kebunmu.” 

“Mengapa? Biasanya kau jarang membantuku di kebun,” tanya Quentin lagi, ia memiringkan kepalanya sedikit. 

“Hehehe.” Lyra hanya terkekeh.   

Quentin memerhatikan anaknya menyelesaikan pekerjaannya. Lyra berjalan melintasi kebun dan menaruh gembor yang sudah kosong itu di gudang kecil tempat peralatan perkebunan, lalu menghampiri ayahnya.  

“Sudah kubilang mulai hari ini aku akan berkontribusi mengurus kebun,” katanya dengan bangga.  

“Kau akan selalu dan terus menerus ikut serta dalam mengurus kebun?” 

“Ya, paling tidak sampai Festival Panen Tahunan berakhir...”  

Quentin tergelak sesaat. Ia berdecak. “Untuk apa sekop itu? Apa kau baru mengeruk tanah untuk menanam biji tanaman baru?” 

Lyra menunduk menatap sekop di kantung depan pakaiannya. “Oh, ini?” ia meraih sekop itu. “Aku tidak tahu. Kupikir aku akan memerlukannya.” 

Quentin mengambil sekop itu dari tangan anaknya. “Sana, masuk ke dalam dan sarapan,” perintahnya. “Ada jus jeruk segar di lemari pendingin. Oh, dan aku perlu kau untuk pergi ke pasar.”  

“Bukankah kita baru saja menjual banyak sayur dan buah kemarin?”  

“Bukan menjual, tapi membeli. Belilah beberapa botol susu di kota, atau dari lumbung milik penduduk.” 

Kedua alis Lyra terangkat. “Benarkah? Tumben sekali kau ingin membeli susu.”   

“Rasanya aku ingin omelette. Tapi kau tahu aku lebih menyukainya dengan susu.” 

“Hmm,” gumam gadis itu. “Perlukah kita membeli telur juga?” 

“Kita masih punya cukup persediaan telur.”   

“Mentega?”  

Lihat selengkapnya