Lyra and The Moon

Fann Ardian
Chapter #10

Tangled But Tied Together

Vin dan Cia berlarian menghampiri pintu toko roti saat Lyra masuk. Kedua anak kembar berumur lima tahun itu menyerbunya. Cia memeluk pinggang Lyra dengan erat sambil melompat-lompat.  

“Wah, Cia, Vin, aku baru melihat kalian lagi di sini,” sapa Lyra, balas memeluk Cia. Cia melepaskan pelukannya. Lyra mengacak-ngacak rambut kedua anak kembar itu.  

“Kami baru saja kembali dari desa paman dan bibi,” Vin memberitahu. Pipinya yang kemerahan terlihat lebih tembam dan rambut pirangnya hampir mengenai mata.  

“Ibu menyuruh kami untuk berlibur di sana selama beberapa hari,” tambah Cia, ia menyibak rambut lurus pirangnya. “Di rumah paman dan bibi kami belajar menjaga telur yang akan menetas menjadi anak ayam.”  

“Sepertinya kalian memiliki waktu yang menyenangkan di sana, ya,” ujar Lyra sambil tersenyum. Ia mengangkat wajahnya ke arah konter, mencari Mrs. Paisley. “Di mana ibu kalian?"  

“Ibu ada di dapur.” Cia menunjuk konter. Tidak lama kemudian dua anak kembar itu sudah sibuk kembali bermain seperti sebelumnya. 

Lyra menghampiri konter dan membunyikan bel yang ada di atas meja.   

Tidak lama kemudian Mrs. Paisley keluar dari balik tirai. “Oh, Lyra.” Ia mengelap kedua tangannya ke celemek yang sedang dikenakannya. “Kau ingin membeli apa hari ini?” 

“Satu bungkus roti sourdough dan roti gandum, tolong.” 

Mrs. Paisley beralih pada rak kayu untuk menyiapkan pesanan Lyra.   

Lyra menoleh pada Vin dan Cia. Dua anak kembar itu sedang sibuk memainkan mainan-mainan yang terbuat dari kayu.

“Mereka tampaknya menjadi lebih berisi setelah kembali dari liburan,” gumamnya sembari memerhatikan kedua anak itu. Lyra mengalihkan wajahnya pada Mrs. Paisley. “Vin bahkan terlihat lebih tembam.”  

“Mereka sepertinya banyak makan telur dan daging ayam selama berada di rumah bibi dan paman mereka,” balas Mrs. Paisley masih membelakangi Lyra. Kemudian ia membalikkan tubuh dan menyerahkan kantung kertas besar pada gadis itu. 

Lyra menerimanya dan menukarkannya dengan dua lembar uang.  

“Aku dengar Quentin mendaftarkan kebunnya dalam Lomba Kebun Terbaik dan Terindah untuk Festival Panen Tahunan.” Mrs. Paisley mengistirahatkan lengannya di atas konter.  

“Sebenarnya itu aku yang mendaftarkan.” Lyra nyengir. “Ayah hanya memberi izin, dengan catatan aku juga ikut andil merawat kebunnya.”   

“Quentin selalu merawat kebun dan sayur-sayurannya dengan baik,” ujar Mrs. Paisley. “Sejak dulu aku selalu senang mengonsumsi hasil buminya, karena selalu segar. Kebunnya juga rapi dan tertata. Kalian pasti bisa memenangi kompetisi itu.” Mrs. Paisley tersenyum.   

“Wah, terima kasih, Mrs. Paisley! Aku juga berharap kebun Ayah menjadi juara.” Lyra balas tersenyum senang, meyakinkan dirinya sendiri. Ia berbalik pada dua anak kembar itu. “Dah, Vin, Cia! Aku pulang dulu, ya.”  

“Dah, Lyra!” seru mereka sambil melambaikan tangan.  

Saat sedang berjalan dengan santai menuruni tangga batu di depan toko roti keluarga Paisley, Lyra melihat sepeda Fachri berhenti di depan sebuah ruko. Mata gadis itu langsung melotot. Fachri turun dari sepedanya, dan seperti biasa mengantar botol susu kepada pemilik ruko-ruko itu. Lyra langsung membalikkan tubuhnya, menutupi wajahnya dengan tangan. Ia benar-benar tidak bisa saling berpapasan dengan Fachri sekarang. Tidak setelah pemuda itu menyadari Lyra memerhatikannya dan terlambat menyadari jika dirinya kepergok memerhatikan. Lyra langsung berjalan cepat lalu berlari meninggalkan toko roti. Tidak menyadari bahwa Fachri mendongak karena mendengar suara sepatu botnya bergesekan dengan batu dan kerikil.

Lihat selengkapnya