"Ante Tantiikk..." Tampak seorang gadis kecil berlari menghampiri dan seketika memeluk kakiku.
"Kau mengenal gadis kecil ini kah Ly?" Ka'Fida yang sedang berdiri di sebelahku tampak keheranan.
Aku dan Ka' Fida sedang berada di Rumah Makan Lesehan dengan pemandangan alam yang sangat memanjakan mata kami. Kedatangan kami kesini bukan tanpa tujuan. Saat ini Ka' Fida hendak mempertemukanku dengan seseorang, men-Ta'arufi kami tepatnya.
Usiaku kini 25 tahun, usia yang sudah cukup untuk menikah. Namun kegagalan masa lalu serta hidayah yang telah menghampiriku telah membentengiku untuk tidak berhuhungan dengan non muhrimku.
Entah mengapa sejak 2 minggu yang lalu Ka'Fida yang merupakan sahabatku sejak 6 tahun silam ini selalu mendesakku agar setuju di kenalkan oleh seorang ikhwan, sahabat dari suaminya. Setelah beberapa kali pertemuan kami gagal, akhirnya Ka' Fida merencanakan pertemuan kami kembali hari ini.
****
"Ayolah Lyra, mau sampai kapan kau mau sendiri? Tidakkah kau ingin ada yang menjagamu Ly? Memiliki keluarga kecil, menjadi ibu, mengurus rumah. Itu sangat menyenangkan Ly ..." ujar ka'Fida mendesakku.
"Bukan begitu ka, tapi memang sangat sulit untukku membuka hatiku kembali" ujarku.
"Lyra ... Tidakkah kau ingin menjalankan perintah RosulMu? Menikah itu suatu sunnah Ly. Yakin Cinta itu akan sangat indah dibawah naungan cintaNYA. Belajar dan meraih syurga bersama dengan seseorang yang telah menjadi pasangan halalmu ..." Tampak Ka Fida begitu bersemangat.
Aku hanya terdiam entah alasan apalagi yang harus kulontarkan padanya. Karna memang semua ucapan sahabatku adalah benar adanya.
"Heii, gimana? Kau mau kan? Aku yakin kau pasti suka dengan ikhwan ini! Ia teman mas Fikri suamiku, orangnya sangat sholeh Ly ..."
"Ka' Fid, maaf kayaknya belum saat ini!" ujarku masih kokoh dengan keputusanku.
"Kenapa Ly? Apa kau masih belum bisa moveon dari Firgie? Ingat Lyra, ia tidak berani menikahimu. Dan keputusanmu sangat benar, kau memilih cinta RobbMU dibanding Firgie yang hanya cinta duniamu. Kalau kau memang di hatinya, ia pasti memperjuangkanmu Ly." Ujar Fida bersungguh-sungguh.
"Bukan... Bukan itu Kak!" ujarku.
"Lalu apa? Atau Mas Dimas? Cinta pertamamu yang telah menikah dengan tunangannya itu? Yaa.. Mas Dimas memang sosok spesial untukmu kan Ly? Ingat dulu bagaimana begitu rapuhnya kau saat berpisah dengannya."
"Stop! Stop Kak!!" tidak.. tidak seperti itu, seketika air mata Lyra menetes.
Teringat kepingan cerita cinta yang pernah ia miliki namun smua telah hilang karena takdir belum memihaknya. Kini Lyra sibuk dengan mengajar anak-anak TK di pagi hari, serta mengajar baca tulis AlQur'an di sore harinya. Waktunya ia sibukkan untuk mengabdi pada mereka. Ia lupakan cinta manusia dan berfokus pada cinta sang Kholiq.
"Baik. Aku setuju Ka ..." ujar Lyra saat hatinya telah mencair.
Tampak Ka'Fid tersenyum puas. Ada sesuatu di mata sahabatnya yang tak mampu ia baca.
"Lyra, aku yakin kau pasti akan cocok dengan pilihanku" batin ka Fid.
"Tapi aku memiliki syarat untuk ta'aruf ini!.." ujar Lyra.
"Apa itu? katakanlah?"
"Aku tidak ingin bertemu dengan ikhwan itu. Aku percayakan smua padamu Ka!. Aku yakin dengan pilihanmu. Kau tau aku tidak mencari yang aneh-aneh. Cukup ia baik dan mampu menjadi imam untukku kelak" ujarku.
Kau pasti menyesal tak ingin tahu siapa ikhwan itu Ly? Oh tapi biarkanlah. Ini pasti akan menjadi sesuatu yang sangat seru" batin Ka'Fida.
"Ly, apa kau masalah jika ikhwan itu telah memiliki anak?" ujar Ka'Fid dengan hati-hati menyampaikan pada Lyra.