6 Tahun lalu...
Namaku Lyra.. lengkapnya *Lyra Fariska usiaku 19 tahun kini. Aku anak pertama dari 3 bersaudara berjenis kelamin perempuam semua. Tentu Bapakku yang paling tampan di rumahđ. Keadaan perekonomian keluarga telah memaksaku mengambil keputusan yang sangat berat. Pergi jauh dari keluargaku....
***
"Benar kamu mau ke Bekasi Ly?"sapa ibu lembut membuyarkan lamunanku.
"Iya bu, ibu tau sendiri kerja di tempat Lyra sekarang gajinya kecil mumpung ada kesempatan bu.
Lyra dengar dari Mbak Susi kerja di Bekasi enak, gajinya sesuai UMR, banyak tunjangannya, ada anter jemputnya juga.
"Lyra mau bekerja disana bu!" Ucap Lyra lirih berusaha tegar namun air mata tak dapat ia bendung.
"Ingin ibu tentunya kamu bekerja tak jauh dari kami. Tapi jika itu sudah keputusanmu. Ibu akan selalu mendo'akan keberhasilanmu nak asalkan kamu selalu bisa menjaga dirimu. Selalu mengabari kondisimu dan jangan lupa seletih apapun pekerjaanmu ibadah tidak boleh kau tinggalkan nak!" Lirih ibu sambil mengusap air matanya.
Tak lama Bapak pun menghampiri. "Kamu mantap Ly?" ujar Bapak dengan nada datarnya.
*Yahh, memang Bapak orang yg tegas dan bukan orang yg dengan mudah mengutarkan sayang.
Hanya perilaku yg sering ia gambarkan kepada kami anak-anaknya melalui perhatiannya.
Raganya seakan tak pernah letih mengantar kami anak-anaknya kesekolah. Kadang iapun menjemputku..
Setiap ada kesempatan selalu ia luangkan untuk mengajak kami jalan-jalan. Yahh walau sekedar hanya jalan-jalan, merasakan semilir angin ataupun melihat indahnya lampu jalan. Kami sudah sangat senang. Itulah bukti sayang Bapak untuk kami.
"iya pak, Lyra mantap" jawabku tanpa bisa menatap mata Bapak. Aku tak boleh menangis dihadapan Bapak, batinku.
Tak lama Bapak meninggalkan kami.
Ku tahu Bapak berlalu agar akupun tak melihat kesedihannya untuk berpisah dengan gadis kecilnya yang kini telah beranjak dewasa dan telah merasa memiliki kewajiban meringankan beban orang tuanya.
Aku dan ibu berpelukan saling menguatkan.
Kedua adik manisku pun ikut membaur dengan air yg telah menetes dikedua pipi halusnya.
"Mbak jaga kesehatan disana ya!" ucap Sherly yg telah lebih dewasa membaur memeluk aku dan ibu.
"Mbak nanti jangan lupa Eca ya!" ucap adik bungsuku tak ingin kalah ikut mendekap sambil mengerucutkan bibir kecilnya.
"Nggak lah sayang.. Eca mau mbak beliin apa kalo mbak pulang?" tanyaku. Kulepaskan pelukan ibu dan adikku Sherly.
"Eca mau boneka berbie mbak. Mbak bawain buat eca ya!" ujarnya padaku.
"Pasti sayang...." ucapku sambil menciup kedua pipi mungilnya.