Tidak ada Mantra yang tidak punya nama
Mantra akan mengikuti kemana arah Tuannya
Dan Mantra, lebih berbahaya dari yang kelihatannya.
Siapa yang tak suka, sebaiknya Mantrain saja
‘Mantra’
***
Ezki sedang asyik di depan laptopnya -entah kerja entah nonton drama korea- ketika pak bos memanggilnya. Pak Bos yang juga punya nama yang sama dengan dirinya, hanya saja beda jenis kelamin. Pak Rizki seorang laki-laki. Itulah kenapa rekan-rekan yang lain menggunakan kata ‘Ezki untuk memanggil Rizki yang satunya. Untuk mempermudah proses identifikasi katanya.
“Preketek! Tetep aja aku yang kena pergantian nama tanpa melewati potong tumpengnya. Tapi ya nggak pa-pa sih, daripada harus kena prank mulu setiap kali nama rizki disebut. Dan malunya itu nggak ketulungan kalau sampai kejadiannya di tempat ramai. Sedang rapat Misalnya. Iya aman kalau rapatnya dengan divisi internal sendiri sebab biasanya peserta rapat akan menggunakan kata ‘Pak’ untuk si Bos. Tapi coba bayangkan kalau rapatnya dengan BOD (Dewan Direksi) yang tingkatannya lebih tinggi dari si Bos? Ya iya, mereka langsung panggil nama, coy. Dan aku yang selalu ikut rapat bareng si Bos, jadi sering kena p-h-p para direktur, kan sakit, ya. Sudah jawab ‘Iya, Pak’ eh ternyata bukan aku yang dimaksud mereka. Jadi, ya sudah deh mau nggak mau, panggilan ‘Ezki’ saya terima. Asal jangan dilanjut jadi eski-mo aja.” terang Rizki yang akhirnya dipanggil 'Eszi" panjang kali lebar. Walaupun sebenarnya dia lebih suka dipanggil dengan nama Rizki ketimbang Ezki, Iki ataupun panggilan aneh lainnya. Biar bagaimanapun Rizki adalah nama sakral yang diberikan almarhum ayahnya.
“Ezkii!!” teriak Bosnya untuk yang kedua kali namun Ezki masih asyik berkencan dengan Lee Min Ho, dengan earphone menutupi telinganya.
“Demi tuhan! Ini anak perawan satu, cantik tapi bolot.” Gerutu Pak Rizki. Lalu kemudian menghampiri meja Ezki dan berdiri tegak di depan kubikel miliknya.
Padahal kan cukup pakai line telepon saja juga bisa, kalau cuma untuk memerintah. Telpon itu masih berfungsi loh, Bos, di meja, bukan boneka kapal-kapalan. Berdayakan ngapa, Boss, jangan dianggurin mulu. Ini malah repot-repot nyamperin anak buah. Ya walaupun tempatnya tidak jauh-jauh amat. Tapi memang si Bos yang satu ini agak antik dan kelakuannya juga agak bar-bar. Gatal kali ya, tenggorokannya kalau nggak teriak-teriak.
Padahal, secara ilmu per medan elektromagnetik sebenarnya gelombang suara juga akan memantul jika ruangannya tertutup. Dan hanya sepersekian persen saja yang tembus dan sampai pada receiver (baca: telinga Ezki). Si bos lupa kali ya, kalau ruangannya pakai pintu dan pakai dinding kaca tembus pandang kayak kotak akuarium.
Bukan gue loh ya, yang ngatain si Boss kayak penghuni aquarium. Otak kalian aja tuh yang gampang berimajinasi!
Tanpa segan Pak Rizki menoyor kening gadis itu yang sontak membuat Ezki syok. Sejak kapan bosnya berdiri disitu?
“Aa-aa, Ampun Pak, iyaa, iyaa!!” ucap Ezki agak tersendat. Dan saking kagetnya sampai lupa melepas earphone yang kemudian membuatnya bersuara lantang dengan volume maksimal sampai-sampai Pak Rizki auto mundur selangkah. “Ada apa, Pak?”
Dengan mata melotot, Pak Rizki pun menginstruksikan untuk melepas earphone yang masih menempel. "Lepas dulu tuh, sumpelan congek!"
"Oh, iya, maaf, Pak." dengan patuh Ezki segera melepas benda sialan yang tak seberapa harganya itu, tapi kalau hilang ya tetap Ezki cari sampai ke meja resepsionis. Hehe. Maklum. Biar kata barang ka-we (kualitas wuelek) tapi lumayan sangat membantu.
"Oke, saya sudah siap. Ada apa, Pak?!"
“Dari tadi saya panggil-panggil, sampai berbusa nih mulut!! Kamu congekan atau apa sih?” ceramah Pak Rizki kesal. "Besok-besok ke dokter telinga dulu sana, sebelum ke kantor!"
“Iya, Pak, maaf. Lagi seru dram-mm ….” buru-buru Ezki menutup mulutnya.
“Apa? Apa yang seru??!!” tanya bosnya lagi dengan suara tak kalah melejit dari sebelumnya.
“Ah, gak, Pak. Bapak ada apa?” tanya Ezki mengalihkan konsentrasi Pak Bos.
Pria itu menunjuk kabinet yang terletak dibelakang Ezki. “Itu, ordner nomor dua tiga sampai dua tujuh tolong kamu sortir, lalu ambil lembar pengesahan masing-masing file yang ada materainya saja. Terus di scan dan di buat rangkumannya! Jangan lupa email ke saya kalau sudah selesai!!”
Ezki melongo. Busyet, ini kerja apa dikerjain. Padahal Sudah jam berapa ini?!
“Kamu ngerti nggak! Kok malah bengong?” tanya bosnya lagi.
“Ngerti, Pak.” Jawan Ezki lemas. Yah, gagal pulang cepat deh, ah! Padahal hari ini sudah berencana teng-go! Malam minggu ini, coy!!
Sementara itu, di balik meja yang tak jauh dari tempat Ezki, seseorang tersenyum pongah, Sukurin lu!