M.A.T.A.D.O.R

mahes.varaa
Chapter #5

KORBAN KEDUA

Tiga hari kemudian.

Wiu, wiu!!

Di sela penyelidikannya untuk kasus pembunuhan Dani-killer copycat dari Rio Martil, Ali dan Damar mendapatkan panggilan kasus lain.

Kali ini Yayok menghubungi Damar dan meminta Damar untuk datang ke TKP yang sedang diperiksanya. Dan tentu saja Ali yang bekerja sebagai asisten Damar, ikut terjun ke TKP bersama dengan Damar.

“Yok, kenapa manggil aku?”

Begitu tiba di lokasi TKP, Ali yang berjalan tepat di belakang Damar melihat Damar menggaruk kepalanya dan membuat rambutnya yang sudah sangat berantakan semakin berantakan saja. Rambut di kepala Damar bahkan sudah mirip dengan sarang burung dibandingkan dengan rambut itu sendiri.

“Heh, kenapa denganmu, Damar? Ada apa dengan penampilanmu itu?”

Bukannya menjawab pertanyaan Damar, Yayok-teman Damar sekaligus petugas forensik justru mengajukan pertanyaan lain pada Damar. Yayok menatap sedikit jijik pada kepala Damar.

“…”

Damar enggan menjawab pertanyaan Yayok karena masih frsutasi dengan kasus pembunuhan Dani yang masih belum bisa dipecahkannya.

“Ada apa dengan atasanmu ini, Li?” Tidak mendapat jawaban dari Damar, Yayok melihat ke arah Ali dan bertanya padanya.

Ali melirik Damar yang masih menggaruk kepalanya. “Pak Damar sedang frustasi.”

“Kutebak. Ini ada hubungannya dengan pembunuh Dani?” tanya Yayok lagi.

“Ya, Pak.”

Setelah mendengar jawaban Ali, mendadak Yayok melihat Damar dengan tatapan mengejeknya seperti kebiasaannya.

“Cih! Kamu ini! Mentang-mentang kamu dapat predikat detektif terbaik di kota ini dan masuk sebagai 10 detektif terbaik di negara ini, kamu sudah frustasi hanya karena belum menemukan pembunuh Dani!” Yayok mendekat ke arah Damar sembari menyikut perut Damar.

“Memangnya aku enggak boleh frustasi?” Damar menjauh dari Yayok dengan sedikit meringis setelah perutnya disikut Yayok. “Aku ini manusia, Yok. Meski aku dapat predikat detektif terbaik, aku juga manusia yang bisa meras stres kayak manusia lain! Apalagi sekarang umurku sudah mendekat 40 tahunan, kesabaranku sudah tidak seluas saat aku masih muda.”

“Cih! Bagus kalo kamu sadar kamu ini manusia biasa, Damar! Biasanya kamu membanggakan dirimu sampai aku merasa kesal setengah mati. Lihat kamu frustasi kayak gini, entah kenapa aku merasa sedikit senang.”

Yayok mendekat lagi pada Damar. Untuk sesaat Damar berusah menjauh dari Yayok, tapi Yayok dengan cepat merangkul bahu Damar dan menghentikan usaha Damar untuk menjauh darinya.

“Sial, kamu, Yok. Kamu ngejek aku terus!! Aku mulai tua, kamu pun juga ikut menua. Kamu sama aku kan seumuran!”

“Aku menua, itu enggak masalah. Aku sadar diri kok. Yang biasanya enggak sadar diri kalo udah mulai menua itu kan kamu!” Yayok membalas dengan senyum puas karena berhasil membuat Damar semakin kesal. “Setelah ini traktir aku makan. Daging kalo bisa. Steak atau daging grill, kayaknya enak.”

“Ehh tiba-tiba? Apa kamu gila, Yok?” Damar yang kaget dengan permintaan Yayok, langsung melepaskan rangkulan bahu Yayok.

“Aku baru saja menemukan petunjuk penting untukmu, Damar.”

Wajah Damar yang tadi kelihatan kesal dengan permintaan Yayok, mendadak berubah setelah mendengar kalimat terakhir Yayok. Wajah Damar mendadak berubah menjadi sedikit lebih baik. Ekspresi frustasi di wajahnya sedikit hilang dan matanya kini menunjukkan rasa ketertarikannya.

“Petunjuk apa?”

Lihat selengkapnya