Dua hari kemudian.
Desa C, pinggiran kota XX.
Pagi ini tanah basah oleh hujan. Semalam hujan deras turun hampir semalaman. Beberapa orang di Desa C berkumpul di sebuah rumah. Kemarin malam, salah satu anggota rumah itu baru saja kehilangan anggota keluarganya. Tadinya pihak keluarga hendak menguburkan jenazah anggota keluarga mereka tadi malam. Tapi mendadak hujan besar yang lebat datang mengguyur desa. Dengan terpaksa pihak keluarga menunda untuk mengubur jenazah keluarganya di keesokan paginya.
Pagi ini semua tetangga yang kemarin hendak membantu mengubur jenazah sudah datang ke rumah duka. Mereka semua berkumpul dengan pakaian yang khidmat dan bersiap untuk membawa jenazah ke kuburan desa mereka yang berjarak sekitar 1 km jauhnya.
“Kuburannya gimana? Sudah digali kan?” tanya salah satu warga yang akan membawa jenazah ke kuburan.
“Sudah, tadi malam, Pak. Tapi mungkin gara-gara hujan deras semalam, liang kuburnya mungkin penuh dengan air sekarang,” ujar tukang gali kubur desa.
“Walah-walah, kalo gitu kasihan jenazah donk!”
“Mending airnya dikeluarin dulu baru jenazahnya dibawa, gimana?” ujar salah satu warga yang lain.
“Kalo gitu, Bapak pergi dengan beberapa orang untuk bersihin air di dalam liang kubur.”
Dua tukang gali kubur desa berangkat dengan dua orang warga lainnya untuk membersihkan genangan air yang mungkin ada dalam liang kubur. Tapi begitu empat orang itu tiba di area pemakaman, empat orang itu terkejut karena mendapati lubang galian yang harusnya ada dan disiapkan semalam, kini telah menghilang. Lubang galian itu menghilang dan kini sudah terlihat seperti kuburan baru.
“Loh liangnya ke mana? Kenapa enggak?” tanya salah satu warga yang ikut dengan niat membantu membersihkan genangan air di dalam liang kubur.
“Di sini, Pak. Saya gali kunburannya semalam di sini, Pak!”
“Beneran, Pak. Harusnya di sini, Pak!”
Dua tukang gali kubur menjawab dengan yakin sembari menunjuk lahan yang kini sudah tak lagi bisa disebut dengan liang kubur karena liangnya sudah tertutup dengan tanah lengkap dengan papan nama di atasnya.
“Lah yang bener, Pak? Ini mah kuburan bukan liang kubur? Bapak beneran udah gali semalam di sini?” tanya warga lain yang ikut dengan niat membantu.
“Beneran, Pak. Saya enggak bohong! Kami berdua gali di sini semalam! Keluarga yang berduka minta kuburan keluarganya berdekatan dengan kuburan keluarganya yang lain, Pak!”
“Iya, Pak. Ini beneran kok tempatnya! Makam di sebelahnya masih sama kok! ”
Dua tukang gali kubur bicara sembari memperhatikan makam-makam di dekat kuburan baru dan yakin jika nama-nama di papan makam itu adalah nama dari keluarga yang sedang berduka sekarang.
“Ini aneh. Apa semalam ada orang lain yang meninggal?” Salah satu warga yang ikut datang membantu, berjongkok menatap papan nama di kuburan itu dan tidak menemukan nama jelas dari pemilik kuburan. “Lihat! Papan namanya enggak ada namanya! Di atasnya cuma cat merah dengan angka 4 di atasnya.”