Buk!
Begitu sampai di rumahnya, Ali langsung melemparkan badannya ke ranjangnya sendiri karena rasa lelah yang menumpuk dalam tubuhnya.
Mendadak, Damar tadi memintanya untuk pulang. Damar yang sudah cukup lelah melakukan penyelidikan terkait pembunuh yang dikejarnya belakangan ini, berniat untuk mengistirahatkan pikirannya. Dan Damar memberi perintah pada Ali untuk melakukan hal yang sama dengannya.
Jadi setelah beberapa waktu hanya pulang ke rumah sesekali untuk sekedar mandi dan mengganti pakaian, sekarang Ali benar-benar ada di rumahnya dan akan menghabiskan malam ini di rumahnya bukan di ruang jaga di kantor kepolisian.
Fiuh!!
Ali menghela napas panjang melihat langit-langit kamar tidurnya yang tidak lagi berwarna putih bersih seperti awalnya. Ada beberapa titik jamur terlihat di sana sebagai pertanda pada Ali bahwa Ali perlu melakukan beberapa perbaikan dalam rumahnya.
M, A, T dan sekarang 4.
Ketika menatap langit-langit kamarnya, benak Ali kembali mengingat pekerjaannya yang masih belum tuntas. Sudah berminggu-minggu, tapi kasus pembunuhan yang membunuh Dani, Aji, Bayu dan sekarang Toha, masih belum dipecahkan.
Pembunuh itu, apa tujuannya membunuh mereka?
Dendam seperti kata Pak Damar?
Atau mungkin ada motif yang lain?
Pertanyaan itu muncul dalam benak Ali setelah memikirkan petunjuk yang ditinggalkan oleh si pembunuh.
Fiuh! Ali menghela napas lagi karena menyadari harusnya … Ali tidak memikirkan masalah itu sekarang, karena perintah Damar adalah untuk pulang dan beristirahat malam ini. Tapi entah kenapa, Ali terus memikirkan empat tanda yang ditinggalkan dan motif si pembunuh itu sama seperti Damar yang tidak bisa berhenti memikirkan kasus ketika ada yang membuatnya tertariik.
Srek!!
Ali mengubah posisi tidurnya dan kini berganti menjadi miring. Ali menatap seluruh kamarnya yang cukup luas di mana di atas semua perabotannya tertutup oleh debu tipis karena Ali yang jarang pulang untuk membersihkannya.
Kalo aku bisa istirahat selama beberapa hari, sepertinya aku perlu bersih-bersih.
Mata Ali yang menatap sekeliling kamarnya kemudian berhenti pada meja di samping ranjangnya di mana ada beberapa bingkai foto di sana. Ali menatap satu persatu foto di sana, mulai dari foto kedua orang tuanya hingga fotonya bersama dengan orang yang dianggapnya sebagai ayah keduanya.
Fiuuuhh!!!
Ali menghela napasnya lagi, kali ini lebih panjang dari sebelumnya karena benak Ali memutar kenangan lama dalam kepalanya saat ini.
Kenangan pertama yang muncul dalam benaknya adalah kenangan kedua orang tua Ali. Meski mengatakan kedua orang tuanya, Ali tidak pernah mengenal ibunya. Ali hanya mengenal ibunya dari cerita ayahnya. Ibu Ali meninggal sewaktu Ali masih sangat kecil, saat otak Ali masih belum menyimpan kenangan. Ibu Ali yang bertubuh sangat lemah memang punya penyakit bawaan sejak kecil dan penyakit itulah yang membuat Ali tidak punya kenangan dengan ibunya.
Setelah kematian Ibunya, Ali hanya hidup dengan ayahnya. Ayah Ali begitu menyayangi Ali karena Ali adalah satu-satunya peninggalan dari istri tercintanya. Demi membesarkan Ali dan menjaga cintanya pada istrinya, Ayah Ali memilih untuk tidak menikah lagi dan membesarkan Ali seorang diri. Ayah Ali merangkap dua peran sebagai ayah dan sebagai ibu.