M.A.T.A.D.O.R

mahes.varaa
Chapter #11

KASUS SETAHUN YANG LALU

“Ada apa dengan matamu itu, Li? Kenapa bengkak gitu? Jangan bilang kamu habis-”

Begitu tiba di kantor kepolisian kota XX, Ali langsung mendengar pertanyaan itu dari Damar. Ali sudah menduga dirinya akan mendapatkan pertanyaan itu dari Damar hanya dengan melihat wajahnya di cermin pagi tadi. Jadi sebelum Damar menyelesaikan pertanyaan dan dugaannya, Ali langsung memotong ucapan Damar dengan memberikan jawaban yang sudah disiapkannya.

“Saya enggak bisa tidur, Pak. Karena sudah lama enggak pulang ke rumah, saya sibuk bersih-bersih sampai enggak sadar jam sudah lewat tengah malam dan akhirnya saya hanya tidur tiga jam saja, Pak.”

“Yang bener?”

Ali dapat dengan jelas melihat wajah tidak percaya Damar ketika mendengar jawabannya, tapi apa yang Ali katakan memang tidak sepenuhnya kebohongan.

Semalam setelah menangis, Ali tidur selama tiga jam lamanya. Tapi setelah itu, Ali tidak bisa tidur lagi. Dari pada berguling-guling di atas ranjang tidak jelas, Ali akhirnya memilih untuk membersihkan rumahnya.

Tapi setelah dua jam-an membersihkan rumahnya, Ali menatap ke luar jendela dan langit masih gelap. Ali akhirnya berusaha mengumpulkan informasi mengenai pembunuh berantai yang membunuh Dani, Aji, Bayu dan Toha. Ali berusaha menemukan persamaan keempat penjahat itu. Tapi sama seperti Damar, Ali menemukan jalan buntu.

Hanya saja pencarian Ali tidak berakhir sia-sia. Ada satu hal yang Ali dapatkan dari pencariannya itu.

“Bapak enggak mikir saya berbohong hanya untuk hal kecil itu kan?” Ali tidak langsung menjawab pertanyaan Damar dan balik bertanya sebagai gantinya.

“Eng-enggak kok. Aku percaya kok.”  

Fiuh! Ali mengembuskan napasnya karena tahu apa yang Damar khawatirkan sekarang. “Saya tahu apa yang Bapak khawatirkan, tapi sekarang … saya sungguh sudah baik-baik saja, Pak. Bapak enggak perlu cemas lagi.”

Ali ingat dengan baik bagaimana tiga bulan lalu Damar berusaha dengan keras membantu dirinya bangkit dari rasa penyesalannya mengenai Anwar. Selama beberapa hari Ali menolak keluar dari rumahnya dan selama beberapa hari itu pula, Damar terus mengunjungi rumah Ali dengan membawa makanan untuknya dan berusaha bicara dengannya.

“Aku tahu kamu ngerasa bersalah. Tapi meratap seperti itu, enggak akan mengubah keadaan, Li!”

Itu adalah kalimat pertama setelah seminggu Damar terus berkunjung tanpa mengeluarkan komentar sedikit pun mengenai alasan Ali mengurung dirinya di rumahnya.

“Aku tahu motivasimu jadi polisi yang baik adalah karena orang itu. Kamu benar-benar jadi polisi yang baik dan bertahan dengan segala yang kamu bisa bahkan ketika kamu punya atasan seperti aku ini yang dikenal selalu menyulitkan. Aku tahu apa yang kamu rasakan karena aku pernah mengalaminya, Li. Tapi meratap dan mengurung diri seperti ini, bukan hal benar yang kamu lakukan, Li!”

“Aku tahu kamu menyesal karena gagal menolong orang penting dalam hidupmu. Manusia berhak merasa menyesal dan bersalah. Tapi jangan terlalu lama, Li! Kamu harus belajar bahwa manusia kadang punya keterbatasan dan yang bisa kamu lakukan ketika hal itu terjadi padamu adalah berusaha untuk lebih baik lagi.”

Tiga hari setelah Damar berusaha untuk bicara, Ali akhirnya membukakan pintu rumahnya untuk Damar. Ali kemudian makan bersama dengan Damar seperti yang biasa dilakukannya saat bertugas dengan Damar. Ali dan Damar makan dengan tenang. Tapi ketika makanan itu habis, Ali meneteskan air matanya setelah selama beberapa hari tidak bisa menangis karena penyesalannya gagal menyelamatkan orang yang dianggapnya sebagai ayah keduanya.

Ali ingat Damar hanya menepuk punggungnya ketika melihat dirinya menangis dan diam tidak bicara apapun sampai air mata Ali berhenti mengalir.

“Aku percaya dengan omonganmu, Li.” Damar memilih berhenti dan tidak membahas lagi apa yang terjadi pada Ali tiga bulan yang lalu. Damar kemudian mengganti topik pembicaraannya dengan Ali. “Jadi kamu kurang tidur cuma karena bersih-bersih saja?”

Lihat selengkapnya