Damar tadinya menolak terjun dalam melakukan pencarian tiga pria pembunuh yang melarikan dari kota tetangga-kota M. Damar yakin masih ada kota lain yang mungkin saja didatangi oleh tiga prioa pembunuh itu sebagai tempat pelarian mereka. Tapi Komisaris meyakinkan tiga pria itu adalah pembunuh yang berbahaya meski hanya membunuh satu orang korban sejauh ini terutama Adi dan Surya. Adi membunuh karena nafsu birahinya, yang artinya di mana saja dia berada ada kemungkinan dia akan membahayakan wanita yang mungkin membuatnya tertarik. Lalu Surya yang memutilasi istrinya dengan alasan himpitan ekonomi, jelas bukan orang waras mengingat bagaimana Surya menawarkan daging istrinya kepada tetangganya setelah membunuh dan melakukan mutilasi pada mayat istrinya. Jadi Surya juga merupakan pembunuh yang berbahaya yang mungkin akan membunuh orang lain karena pikirannya yang sudah tidak sehat.
Dengan penekanan yang diberikan Komisaris, Damar tidak punya pilihan lain selain melakukan pencarian meski hati Damar dongkol dan Ali dapat dengan jelas melihatnya.
Untuk menemukan tiga pria pembunuh itu, Komisaris meminta kepolisian kota XX untuk melakukan banyak patroli. Tim patroli dibagi menjadi empat shift, dengan masing-masing timnya terdiri dari dua orang. Tiap tim akan diberikan potret tiga pria pembunuh itu dan diharapkan untuk segera melapor dan menangkap mereka jika melihatnya di kota XX.
Pembagian patroli sangat mudah dilakukan jika ada di pusat kota. Masalahnya adalah di pinggiran kota. Jumlah polisi yang bertugas di pinggiran tidak sebanyak di pusat kota dan wilayah pencariannya cukup luas. Maka dari itu, Komisaris meminta Damar yang sedang sibuk menyelidiki pembunuh dari Dani, Aji, Bayu dan Toha untuk ikut dalam patroli ini. Damar akan memimpin beberapa polisi yang bertugas di pinggiran dan jika perlu Damar akan langsung turun tangan jika menemukan salah satu pembunuh itu.
“Kamu punya pengalaman menangani pembunuh gila, Damar. Aku butuh pengalaman itu. Makanya aku buat kamu berjaga di pinggiran kota sekalian memimpin polisi yang bertugas di pinggiran dan perbatasan kota XX yang rata-rata tidak punya pengalaman hebat seperti kamu, Damar!”
“Pinggiran kota XX itu luas, Pak. Apa hanya aku saja yang ditugaskan di sana?”
“Kamu enggak sendiri. Aku bagi jadi empat tim pemimpin. Disesuaikan dengan arah. Kamu akan berjaga di bagian selatan yang merupakan perbatasan langsung dengan kota M. Kamu sudah punya pengalaman bekerja sama dengan detektif dari sana, jadi aku tugaskan kamu di sana, Damar.”
Ali melihat reaksi kesal Damar. Ali bisa menebak apa yang sedang Damar pikirkan saat ini.
Oh ini alasannya sebenarnya kenapa Komisaris membuat Pak Damar yang sedang sibuk menangani kasus lain terjun di kasus ini. Ali yakin itu yang sedang Damar katakan dalam benaknya sekarang ini.
Setelah tugas dibagi kepada empat tium pemimpin pencarian, patroli dimulai. Damar dan Ali langsung bergegas ke bagian selatan dan memberikan intruksi mengenai patroli dan potret tiga pria pembunuh dari kota M yang diduga telah masuk ke kota XX untuk melarikan diri. Sebagai pemimpjn yang baik, Damar juga ikut melakukan patroli meski hanya membawa Ali-asistennya seperti biasanya.
“Kenapa cuma bawa saya, Pak? Sama seperti Bapak, saya kan kurang paham dengan daerah ini.” Ali bertanya mengenai alasan Damar yang hanya membawa dirinya ketika melakukan patroli dan tidak membawa polisi dari sektor yang lebih kenal dengan lapangan.
“Aku enggak nyaman kerja sama dengan orang yang enggak biasa ikut denganku. Aku malas mengulang penjelasanku kenapa harus ini, kenapa harus itu.”
“Kalo gitu, bisa saya tanya, Pak?”
“Tanya apa?”
“Gimana pendapat Bapak sewaktu saya jadi asisten Bapak pertama kali?” Mendengar penjelasan Damar yang membahas orang asing dalam pencarian, Ali mendadak penasaran dengan bagaiamana penilaian pertama Damar ketika menjadi asisten Damar untuk pertama kalinya.
“Sama kayak penilain lain ketika aku dapat asisten baru. Tapi penilaianku berubah setelah lihat kinerjamu selama tiga bulan pertama.”
Senangnya. Jelas, Ali merasa bangga bahwa atasannya yang dikenal rewel soal asistennya, sedikit memujinya.
Kembali pada patroli yang Ali lakukan dengan Damar. Berbeda dengan kota di mana kawasan tempat tinggal biasanya berada di perumahan atau jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya sangat dekat, di pinggiran kota yang masih memiliki lahan yang luas. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya cukup jauh. Masih untung kalau ada di perkampungan maka, jaraknya tidak akan terlalu jauh karena setiap rumah memiliki pekarangan yang ukurannya lebih besar dari pada ukuran bangunan rumahnya. Tapi tidak jarang ada banyak rumah yang dipisahkan dengan jarak yang cukup jauh, seperti dipisahkan oleh beberapa petak sawah atau dipisahkan oleh kebun yang cukup luas seperti kebun cacao atau karet.
“Ada apa dengan kota M belakangan ini? Sejak kasus Dani, ada banyak kasus kejahatan meningkat di sana?”
Setelah hampir satu jam memulai patrolinya, Damar mulai mengeluh lagi. Ali yang duduk di belakang kemudi hanya bisa mendengar keluhan Damar sembari sesekali membalas sedikit keluhan Damar dengan niat membuat Damar berhenti mengeluh lagi.