Kali ini keadaan sudah sangat serius. Pembunuh yang Damar dan Ali kejar, sudah masuk dalam keadaan berbahaya. Pembunuh itu sudah lebih berani dan korbannya sudah meningkat. Meski korbannya adalah penjahat sekalipun, membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain dengan cara menghakimi sendiri, tetap adalah cara yang salah. Hukum ada untuk mengatur hal itu dan sekarang pembunuh yang Damar dan Ali kejar, melakukan penghakiman sendiri melawan hukum.
“Petunjuk apa yang kita punya sekarang tentang pembunuh ini, Li?”
Sekembalinya dari ruang Komisaris, Damar langsung bertanya pada Ali yang sedang menyusun petunjuk-petunjuk tentang pembunuh yang dikejarnya sekarang.
“Kita punya lima petunjuk, Pak.”
Ali menunjuk ke arah lima foto petunjuk yang ditinggalkan oleh pembunuh setiap kali membunuh korbannya. Ali diam sejenak melihat foto itu. Tangannya kembali gemetar seperti saat terakhir kali Damar melihatnya, meski tidak separah saat itu. Kedua mata Ali yang menatap lima petunjuk itu kembali melihat dengan tatapan yang Damar tak bisa jelaskan. Entah itu tidak percaya, entah itu terkejut atau apapun itu, Damar tidak bisa menangkapnya dengan jelas.
“M, A, T, 4, dan sekarang D.”
Damar menambahkan dan membuat Ali buru-buru mengubah tatapan matanya dan menyembunyikan gemetar di tangannya seperti sebelumnya. Lagi-lagi … Damar merasa penasaran dengan reaksi Ali. Damar memiringkan sedikit kepalanya melihat ke arah Ali. Sebenarnya … apa yang ada di pikiranmu sekarang, Li? Reaksimu itu, apa artinya?
“Sa-saya kira … ini bukan angka 4, Pak.” Ali menunjuk foto keempat dari lima foto petunjuk yang ditempel di papan.
“Kalo bukan angka 4, lalu apa?” tanya Damar. “Huruf A?”
“Y-ya, Pak. Seperti yang Bapak harapkan sebelumnya.
“Kenapa kamu mikir gitu? Kamu kelihatannya cukup yakin kalo petunjuk keempat itu bukan angka 4 tapi huruf A, Li?” Damar menatap Ali dan kali ini sorot matanya berubah. Meski ucapannya sedikit terbata-bata tidak seperti biasanya, tapi kali ini sorot matanya sangat yakin bahwa petunjuk keempat itu salah dibaca.
“TKP keempat sudah rusak sejak awal, Pak. Hujan menghancurkan segalanya, Pak. Berkat hujan, bukti yang mungkin ditinggalkan pelaku telah hilang. Petunjuk ini mungkin juga begitu. Ditambah lagi ada banyak orang-orang yang juga merusak TKP karena mereka tidak tahu kuburan itu adalah kuburan yang dibuat oleh pembunuh yang kita buru, Pak.”
Damar mengangguk setuju dengan penjelasan Ali. Pada kenyataannya TKP keempat memang sudah rusak sejak awal dan hujan adalah pelaku utamanya dan orang-orang hari itu adalah pelaku tambahan. Faktor alam yang tak bisa diduga itu mungkin sudah menghilangkan bukti dari pelaku, seperti jejak kaki, sepatu, jejak mobil yang digunakan oleh pembunuh itu dan mungkin juga DNA dari pelaku. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa petunjuk itu mungkin juga rusak oleh air hujan sejak awal. Petunjuk yang harusnya dibaca dengan huruf A berubah menjadi angka 4 karena air hujan.
“Oke, kita anggap kemungkinan itu ada. Jika memang begitu, maka petunjuk yang ditinggalkan pembunuhnya berubah menjadi M, A, T, A, dan D.” Damar yang duduk di kursinya, membuat dua tangannya dalam posisi sidekap, dan seperti kebiasaannya saat berpikir, jari telunjuk tangan kanan Damar bergerak mengetuk di atas tangan kirinya. “Apa ada kata yang cocok untuk itu?”
“A-ada, Pak.”
“Ada??” Damar kaget mendengar jawaban Ali. Damar benar-benar tidak mengira Ali akan memberikannya jawaban dalam waktu singkat.
“Ya, Pak. Ada satu kata yang cocok: Matador.”
Damar menatap Ali yang kali ini memberikan jawaban tanpa rasa ragu sedikit pun. Damar kembali teringat dengan reaksi Ali saat menemukan pembunuhan kemarin. Reaksi Ali yang terkejut seperti anak baru yang baru terjun ke lapangan itu
“Matador?” tanya Damar.
“Ya, Pak. Matador.”
“Kenapa kamu yakin kalo pembunuh itu meninggalkan kata itu sebagai petunjuk kita?”
“Tunggu sebentar, Pak. Saya akan tunjukkan sesuatu pada Bapak.”
Ali meminta jeda waktu sejenak dan mengotak-atik tabletnya.
Sementara menunggu, Damar menatap Ali yang kali ini memberikan jawaban tanpa rasa ragu sedikit pun. Damar kembali teringat dengan reaksi Ali saat menemukan pembunuhan kemarin. Reaksi Ali yang terkejut seperti anak baru yang baru terjun ke lapangan itu, membekas di benak Damar. Apa ini jawabannya? Reaksimu waktu itu, apa artinya kamu sudah menebak petunjuk yang ingin pembunuh itu katakan? Matador. Dari mana kamu tahu petunjuk itu adalah Matador, Li?
“Silakan dilihat, Pak.” Setelah selesai mengotak-atik tabletnya, Ali menunjukkan tabletnya pada Damar.
“Ini?”