M.A.T.A.D.O.R

mahes.varaa
Chapter #17

PILIHAN DAMAR

Damar berkunjung ke kantor forensik untuk menemui Yayok. Seperti janjinya sebelumnya, Damar datang untuk menraktir Yayok makan daging. Harusnya traktiran makan daging itu adalah daging grill, tapi Yayok belakangan ini sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk bersantai karena ada banyak kasus di kota XX belakangan ini. Jadi Damar membungkus beberapa menu makanan yang bertemakan daging dan membawanya ke kantor forensik.

“Ada angin apa kamu datang ke sini bawa makanan, Damar?”

Dari balik kaca tempat untuk melihat pemeriksaan forensik, Yayok menyapa Damar.

“Traktir kamu makan. Aku punya dua hutang daging sama kamu. Ingat?”

“Tunggu sepuluh menit lagi! Aku selesaikan ini dulu, baru kita makan!”

Damar duduk menunggu selama sepuluh menit dan sesuai dengan ucapannya, Yayok datang dalam keadaan bersih tepat sepuluh menit, meski masih ada bau sedikit menyengat yang tersisa dari autopsinya. Tapi Damar sudah terbiasa dan tidak terganggu lagi dengan bau seperti itu.

“Kenapa datang sendiri? Mana asisten kesayanganmu itu? Belakangan ini kamu kan terus membawanya karena ingin buat dia jadi ketua tim di umurnya yang masih muda!”

Setelah memakan beberapa suap daging steaknya bersama dengan spageti, Yayok bertanya tentang asisten Damar yang tidak datang seperti biasanya.

“Aku suruh pulang, istirahat!”

“Kenapa? Kamu nyerah mau buat Ali jadi ketua tim di umurnya yang masih muda? Apa menurutmu Ali belum sanggup bawa beban itu?” Yayok bertanya lagi setelah menelan daging steaknya lagi.

“ … “ Damar diam tidak menjawab. Damar fokus menghabiskan makanannya sebelum menjawab pertanyaan Yayok.

“Ada yang aneh.” Yayok yang sudah menghabiskan separuh lebih makananya bicara lagi pada Damar yang kini duduk bersandar setelah menghabiskan makan malamnya. Yayok mennyipitkan matanya.  “Apa akhirnya kalian bertengkar?”  

“Bertengkar? Yang benar saja? Aku dan Ali sama-sama sudah dewasa, kami paham tugas masing-masing. Bertengkar, itu enggak mungkin!”

“Yeah, Ali itu orangnya penyabar. Meski kamu menyebalkan sekalipun sebagai atasan, Ali pasti akan dengan sabar ngadepin kamu.” Yayok bicara memuji Ali dan di saat yang sama menyindir Damar. “Jadi … kalo bukan bertengkar, kali ini ada masalah apa?”  

“Ali sepertinya memecahkan petunjuk dari pembunuh yang aku kejar.” Damar menjawab sembari melirik tiga mayat yang sedang diautopsi oleh Yayok.

“Ali memecahkannya?” Yayok bertanya dengan wajah tidak percaya dan bahkan nyaris tersedak karena ada makanan di dalam mulutnya.

“Ya.”

“Yang bener?”

“Cih! Kamu ini! Apa omonganku ini enggak bisa dipercaya sampai kamu ulang lagi pertanyaan itu?” Damar menjawab dengan nada sedikit kesalnya.

“Ya bukannya enggak percaya, tapi kemampuan Ali kayaknya sudah meningkat. Jadi asistenmu, ternyata bukan hal buruk!”

“Kamu ini sedang ngejek atau muji aku? Pilih salah satu!” Damar melirik kesal pada Yayok.

“Ha ha ha!” Berbanding terbalik dengan Damar yang kesal, Yayok justru tertawa senang. “Jadi petunjuknya apa?”

Lihat selengkapnya