Dua hari kemudian.
Beberapa waktu ini keadaan Ali sudah kembali seperti biasanya. Meski sibuk dengan pekerjaan dan kasusnya, Damar diam-diam terus memperhatikan Ali-asistennya. Gelagat dan cara Ali bekerja, Damar terus memperhatikannya dengan harapan Damar dapat menemukan apa yang mengganggu Ali belakangan ini. Tapi Ali bekerja seperti biasanya: tenang, cekatan dan teliti. Ali mengerjakan tugasnya dengan baik seperti biasanya hingga pagi ini.
Ya, pagi ini.
Agenda pagi ini, Ali harusnya ikut bersama dengan Damar ke Desa Pencuri untuk melakukan olah TKP, mengingat pengeroyokan itu berubah menjadi pembunuhan karena korbannya tewas. Setelah dua hari melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti dan kesaksian, Damar harusnya sudah bisa melakukan olah TKP untuk memastikan kesaksian dan menentukan apakah ada unsur kesengajaan ketika kejadian itu terjadi.
Tapi Ali kembali memasang ekspresi itu lagi.
“Pak.”
Tepat sebelum berangkat menuju ke Desa Pencuri, Ali mendadak memanggil Damar dan memasang ekspresi yang tidak jauh berbeda dengan ekspresi ketika Ali melihat tanda D dari Matador. Tangan Ali mendadak terlihat gemetar setelah memeriksa hpnya seolah apa yang baru saja dilihatnya di hpnya adalah sesuatu yang Ali sama sekali tidak pernah duga.
“Ada apa, Li?”
“Hari ini, bisa saya tidak ikut olah TKP dengan Bapak?”
Mendengar pertanyaan itu, Damar jelas kaget. Selama ini, Ali selalu bersama dan menemaninya. Kecuali tanpa perintah dari Damar, Ali tidak pernah absen ketika sedang bertugas. Tapi sekarang, mendadak Ali meminta ijin untuk tidak ikut olah TKP. Jelas … Damar merasa ada yang aneh dengan Ali.
“Kenapa?” tanya Damar.
“Ada yang harus saya periksa, Pak.”
“Apa yang mau kamu periksa sampai melewatkan olah TKP hari ini?” tanya Damar lagi.
“I-ini soal Matador, Pak.”
Meski ekspresi Ali saat ini menjelaskan ada banyak keraguan dalam sorot matanya, tapi Ali menjawab pertanyaan Damar dengan suara tegasnya.
“Apa ada yang enggak kamu bilang ke aku, Li?” Damar bertanya lagi, kali ini dengan harapan Ali dapat memberikan penjelasan mengenai sikapnya yang aneh belakangan ini.
“Sampai hari ini … saya merasa ada banyak kebetulan, Pak. Saya bisa menebak beberapa petunjuk Matador karena di masa lalu saya pernah mendengar nama itu, Pak. Saya pikir itu hanya kebetulan belaka. Tapi sesuatu baru saja terjadi dan saya harus memeriksanya untuk menentukan apakah itu benar-benar kebetulan semata atau tidak, Pak.”
“Setelah kamu dapat kepastiannya, apa kamu nantinya akan memilih diam atau mengatakannya dengan jujur padaku, Li?”
Damar ingin membiarkan Ali pergi. Selama menjadi atasan Ali, Damar menilai kinerja Ali sangatlah bagus. Berulang kali, Ali menemukan petunjuk penting yang membantu Damar memecahkan kasus-kasus sulit. Karena itu, Damar punya harapan tinggi pada Ali dan kelak di masa depan Ali akan bisa berdiri sendiri sebagai ketua tim di unit kriminal.
Tapi ada kalanya, ada hal-hal yang terjadi di luar kendali.
Beberapa kepolisian pernah mengalami hal ini, termasuk dengan Damar. Polisi juga manusia biasa yang terkadang bisa berbuat salah. Ketika dihadapkan pada kenyataan pahit yang terkadang membuat polisi harus memilih antara keadilan dan hubungan keluarga, banyak polisi gagal untuk memilih dan akhirnya membuat karirnya hancur.