Apinya besar sekali!!
Kebakaran ini, dari mana datangnya?
Begitu tiba di Desa Pencuri, Ali melihat kobaran api yang sangat besar sedang melahap Desa Pencuri. Bahkan setelah empat mobil pemadam kebakaran datang dan berusaha untuk menghentikan api yang menjalar, usaha itu rupanya masih kurang.
Tidak sampai sepuluh menit, dua mobil pemadam kebakaran lain datang untuk membantu. Ali tadinya ingin menembus api untuk masuk ke dalam desa dan menyelamatkan Damar dan rekan-rekannya. Tapi usaha Ali itu dihentikan oleh pemadam kebakaran. Ali tidak punya pilihan lain selain menunggu.
Butuh setengah jam lamanya, enam mobil pemadam kebakaran akhirnya berhasil memadamkan api yang membakar Desa Pencuri. Dan begitu api padam, Ali langsung berlari mencari sosok Damar.
“Pak! Bapak enggak papa?”
Setelah berusaha mencari di antara banyaknya korban yang terluka dan selamat, Ali akhirnya menemukan Damar bersama dengan beberapa rekannya dari kantor kepolisian kota XX. Beberapa rekan Ali, ada yang mengalami luka bakar ringan dan serius karena berusaha melakukan evakuasi. Damar juga terluka, tapi untungnya luka bakar Damar hanya luka bakar ringan.
“Enggak papa. Cuma luka kecil saja. Kenapa kamu ke sini? Bukannya kamu bilang ada yang mau kamu periksa?” Damar bertanya dengan napasnya yang sedikit tersengal karena rasa lelahnya dan napasnya yang sempat tercampur dengan asap kebakaran.
“Saya sudah selesai, Pak. Nanti saya ceritakan, Pak.”
“Ya.” Damar menganggukkan kepalanya dan memberikan jawaban singkat pada Ali seolah sudah menunggu Ali untuk menceritakan segalanya.
Aku memang enggak pernah bisa menyembunyikan apapun dari Bapak. Ali tersenyum kecil karena menyadari Damar telah bersabar menunggunya memberikan penjelasan, tanpa bertanya sedikit pun.
“Oh iya, Pak. Di mana tersangkanya?” Karena tadi sibuk mencari Damar, Ali lupa soal tujuh tersangka Damar yang jadi alasan Damar dan rekan-rekannya datang ke desa ini.
“Oh … mereka di mobil di dekat jalan keluar desa. Apa kamu enggak lihat, Li?”
Deg!
Jantung Ali mendadak berdetak kencang. Ali ingat saat masuk ke Desa Pencuri, Ali memang melihat mobil-mobil polisi itu tapi Ali ingat semua mobil itu dalam keadaan kosong tanpa ada satu pun orang di sana.
“P-Pak?” Ali bicara dengan bibirnya yang bergetar karena firasat buruknya.
“Apa, kenapa? Wajahmu kok kelihatan buruk gitu. Jangan bilang-“
“Saya memang lihat mobil-mobil itu saat masuk desa, tapi seingat saya mobil itu dalam keadaan kosong, Pak.”
“Hah?? Yang benar, Li??”
Mendengar penjelasan Ali, Damar langsung bangkit dari duduknya dan berlari ke pintu keluar desa. Tangannya yang terluka dan sedang dibalut oleh petugas darurat dari ambulance yang datang, ditarik begitu saja. Damar berlari kencang ke arah pintu keluar desa dan seperti kata Ali, mobil-mobil yang harusnya berisi tujuh tersangkanya, kini telah lenyap. Lima polisi yang ditugaskan Damar untuk berjaga, ditemukan di sisi lain mobil dalam keadaan tak sadarkan diri.
“Sial!!! Ke mana mereka semua?” Damar panik ketika memeriksa semua tersangka yang harusnya dalam keadaan diborgol di dalam tiga mobil, kini lenyap bersama dengan borgol mereka.