Anwar, sampai pada tiga bulan lalu-tepatnya sebelum bunuh diri, berumur 47 tahun. Anwar adalah lulusan hukum terbaik di kota XX dan di usia mudanya Anwar dikenal sebagai jaksa yang terkenal tidak akan melepaskan sasarannya. Kecerdasannya membuat banyak orang kagum. Bisa dibilang Anwar punya masa depan cemerlang.
Sayangnya di umurnya yang menginjak 35 tahun, Anwar memilih untuk melepaskan karirnya sebagai jaksa karena merasa kejaksaan di mana dirinya berada sudah tak lagi menjunjung tinggi hukum dan keadilan.
Kenapa?
Inilah yang terjadi.
Saat Anwar berumur 35 tahun, istri Anwar mengalami kecelakaan. Istri Anwar ditabrak saat menyeberang jalan dan buruknya, pelakunya meninggalkan istrinya. Andai pelaku membawa segera istrinya atau setidaknya memanggil bantuan, istri Anwar mungkin akan punya kesempatan hidup lebih tinggi. Tapi pelaku memilih melarikan diri, membuat istri Anwar terlambat mendapatkan bantuan dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.
Nahasnya, pelaku yang menabrak istri Anwar adalah anak dari orang berpengaruh di pemerintahan. Pelakunya saat itu masih berumur 15 tahun dan harusnya belum bisa mengemudikan mobil karena belum layak untuk mendapatkan SIM. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan uang. Bagi banyak orang, uang mampu membeli segalanya. Termasuk dengan membuat pelaku yang membuat istri Anwar mengembuskan napasnya, hanya menerima hukuman kecil dengan menggunakan alasan umurnya yang masih belum dewasa.
“Tolong kali ini saja, lupakan masalah ini, Anwar! Kamu tahu sendiri kan orang tua anak itu adalah orang berpengaruh di pemerintahan yang bukan hanya skala kecil tapi skala nasional! Jadi tolong kali ini, mengalah dan maklumi saja, Anwar! Demi karirmu, demi anakmu yang masih kecil!”
“Apa Bapak bisa jamin di masa depan anak itu tidak ulangi lagi perbuatannya? Hukum ada untuk mencegah hal yang sama terulang lagi, Pak! Hukum ada untuk melindungi orang yang mungkin akan jadi korban kesekian kalinya dari kesalahan satu orang, Pak! Hukum ada untuk memberi batasan bahwa ada perbuatan yang bisa ditoleransi dan ada perbuatan yang tidak bisa ditoleransi, Pak! Kalau sekarang Bapak melepaskan anak itu hanya karena alasan umurnya yang masih belum cukup, maka harusnya orang tuanya yang mendapatkan hukuman! Agar anak itu sadar, perbuatannya yang buruk bisa membuat orang tuanya harus bertanggung jawab menggantikan dirinya!”
“Apa ini semua karena korbannya adalah istrimu, Anwar?”
“Saya bersikeras seperti ini bukan karena korbannya istri saya, Pak. Bahkan jika korbannya bukan istri saya sendiri, tapi istri orang lain, saya juga akan berusaha untuk membuat anak itu dan orang tuanya bertanggung jawab dengan benar.”
“Kalo begitu, terima santuan dari mereka dan berhenti memperpanjang masalah ini, Anwar! Kamu mau semua orang di kejaksaan ini menanggung masalah karena kamu hah??”
Anwar sadar bahwa di tempatnya yang harusnya jadi tempat pertama yang menjunjung tinggi keadilan dan hukum, tak lagi seperti yang diharapkannya. Kejaksaan mungkin masih menjunjung hukum dan keadilan, tapi orang-orang yang ada di dalamnya sudah lupa bahwa tempat itu adalah tempat yang harusnya menjunjung tinggi hukum dan keadilan. Uang dan kekuasaan sudah membutakan banyak oknum di dalam kejaksaaan dan membuat mereka mengabaikan apa yang namanya hukum dan keadilan.
Di tahun kematian istrinya, Anwar memilih keluar dari kejaksaan dan melepas jubah jaksanya.