“Berita hari ini. Belakangan ada beberapa kematian tidak yang menargetkan para penjahat. Dimulai dari Dani-penjahat yang meniru Rio Martil, diikuti dengan kematian Aji-pengedar narkoba yang masuk dalam daftar buronan polisi, Bayu-perampok yang membunuh dua korbannya saat merampok, Toha-dukun pengganda uang yang membunuh korbannya, tiga pria pembunuh yang melarikan diri dari kota M dan terakhir kasus mengenai Desa Pencuri. Serangkaian pembunuhan ini diduga dilakukan oleh pembunuh yang menamai dirinya sendiri dengan Matador.
Saat ini kepolisian sedang berusaha memburu Matador. Sayangnya … hingga hari ini pihak kepolisian masih belum bisa menangkap Matador dikarenakan Matador tidak meninggalkan bukti dalam aksinya.”
Klik!
Damar mengganti saluran berita ke saluran berita yang lain.
“Berita hari ini. Matador-pembunuh yang saat ini dikejar-kejar oleh pihak kepolisian kota XX, menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Banyak masyarakat yang merasa bahwa Matador yang membunuh banyak penjahat dianggap sebagai pahlawan. Sasaran Matador yang kebanyakan adalah pembunuh yang membunuh banyak orang, membuat masyarakat memberikan dukungannya.
Di sisi lain, ada banyak masyarakat yang juga memberikan komentar negatifnya pada Matador karena dianggap aksi pembunuhan Matador merusak hukum yang ada.”
Klik!
Ali melihat Damar mematikan TV-nya dengan wajah geramnya. Hanya dengan melihat ekspresi Damar saat ini, Ali tahu Damar sedang kesal karena lagi-lagi entah bagaimana penyelidikannya bocor ke media.
Seperti yang Damar dan Komisaris takutkan, serangkaian pembunuhan yang dilakukan Matador kini memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat.
“Sial! Kasusnya bocor lagi!” Entah bagaimana berita mengenai Matador bocor ke media, Ali dan Damar hanya bisa menduga bahwa ada beberapa oknum di kepolisian yang mungkin membocorkan kasus Matador. “Lain kali, aku harus meminta Komisaris agar unit pengamanan melakukan inspeksi dadakan!”
Ali yang sejak tadi diam menatap wajah kesal Damar, menemukan jika Damar saat ini sedang memandang ke arah Ali. Raut wajah kesal Damar sudah sedikit membaik setelah melampiaskan rasa kesalnya dengan mengumpat beberapa kali.
“Kembali ke Matador! Meski ada dugaan bahwa Pak Anwar itu adalah Matador. Tapi tidak menutup kemungkinan, ada kemungkinan yang lain.”
Ali paham apa yang Damar katakan padanya. Memang ada kemungkinan jika Anwar-orang yang Ali anggap sebagai ayah keduanya adalah sosok di balik serangkaian pembunuhan Matador belakangan ini. Tapi ada kemungkinan lain yang Damar pikirkan.
Mengingat bagaimana citra baik Anwar selama ini, mungkin saja di luar sana ada orang lain yang merasa kehilangan Anwar dan berusaha membalaskan dendam Anwar. Kemungkinan ini bukan muncul tanpa alasan.