Sekembalinya dari rumah Anwar, Damar melihat Ali hanya bisa menundukkan kepalanya dan memasang wajah penuh penyesalan. Ingatan lama yang Ali lupakan kembali bersamaan dengan bukti penting yang Damar temukan dalam catatan milik Anwar.
Dengan ini kemungkinan Matador adalah Anwar semakin besar. Anwar punya motif yang jelas untuk membunuh lima anak itu!
“Jadi gimana penyelidikanmu, Damar? Sudah ada titik terang soal Matador?”
Damar melihat ke arah Komisaris yang kini sedang menatapnya dengan tatapan meminta penjelasan. Damar tahu tekanan yang sekarang dirasakan oleh Komisaris. Kasus Matador bocor ke media entah bagaimana dan sekarang timbul pro dan kontra tentang Matador. Meski media masih belum menemukan berita bahwa tersangka yang sekarang dikejar oleh Damar adalah Anwar, tapi jika Damar tidak segera menangkap Matador, tidak butuh waktu lama bagi media untuk mencium berita itu dan menyebarkannya.
Dan jika hal itu terjadi, akan ada masalah besar yang mungkin melanda kepolisian. Jika benar Matador adalah Anwar, maka publik akan benar-benar terpecah nantinya mengingat citra Anwar yang dikenal sebagai pengacara baik di mata banyak orang. Ditambah dengan tragedi yang menimpa keluarga Anwar, publik mungkin nantinya akan lebih condong pada Anwar.
“Mohon dilihat, Pak.” Damar menyerahkan buku catatan milik Anwar yang dibawanya dari rumah Anwar. “Mohon lihat halaman terakhirnya, Pak.”
Komisaris melakukan apa yang Damar perintahkan: membuka halaman terakhir buku catatan yang Damar berikan, membacanya dan mengerutkan keningnya sebagai pertanda tidak pahamnya.
“Apa maksudnya ini, Damar?”
Damar menjelaskan apa yang Ali temukan sebelum kebakaran yang terjadi di Desa Pencuri: mulai dari petunjuk D pada pembunuh tiga pria pembunuh, korban keenam yang merupakan lima anak SMA, kebakaran di Desa Pencuri dan dugaan Ali bahwa Matador adalah Anwar yang dikenalnya. Damar juga menjelaskan ada tiga kemungkinan yang muncul semenjak Ali mengatakan dugaannya dan penyelidikan terakhirnya bersama Ali untuk menyelidiki segala hal tentang Anwar.
“Saya memikirkan tiga kemungkinan itu karena waktu itu saya masih belum menemukan alasan Anwar memilih untuk bunuh diri. Tapi setelah menemukan catatan itu, jika Anwar benar-benar selamat dari bunuh dirinya tiga bulan yang lalu, maka kemungkinan besar Anwar-lah yang memakai nama Matador dan membunuh belakangan ini. Anwar sangat cocok menjadi Matador, itu yang saya duga, Pak.”
Komisaris melirik ke arah Ali.
Komisaris pasti masih ingat dengan kasus tiga bulan yang lalu. Hanya dengan melihat lirikan itu, Damar tahu Komisaris menyadari hubungan Ali dan Anwar. Kasus bunuh diri Anwar tiga bulan yang lalu, masih jelas terekam dalam ingatan Komisaris.
“Apa kamu bisa menangkapnya, Damar?” Komisaris bertanya masih dengan melirik pada Ali. “Seingatku Matador meninggalkan tujuh tanda setiap kali membunuh dan sekarang tujuh tanda itu sudah lengkap. Apa Matador masih akan membunuh? Biasanya pembunuh berantai yang punya pola tertentu dan tujuan tertentu dalam aksinya, akan berhenti membunuh jika tujuannya sudah tercapai!”
“…”
Damar diam sejenak.
Apa yang baru saja ditanyakan oleh Komisaris adalah pertanyaan yang muncul dalam benak Damar belakangan ini. Tujuh tanda, tujuh petunjuk yang sengaja Matador tinggalkan dalam setiap kali beraksi kini sudah lengkap. Tujuh tanda itu sudah terbaca dan seperti dugaan Ali, tujuh tanda itu benar-benar membentuk kata Matador.
Hanya saja yang jadi pertanyaan sekarang, setelah tujuh tanda itu lengkap, apa Matador masih akan beraksi lagi?
Jika Matador masih beraksi lagi, maka Damar masih punya kesempatan untuk menangkapnya. Tapi lain lagi ceritanya jika Matador berhenti beraksi dan memilih menghilang. Jika hal itu yang terjadi, maka Damar akan kesulitan menangkapnya karena hingga saat ini tak ada bukti spesifik yang akan membawa Damar pada jejak Matador dan tempat persembunyiannya.
“Sa-saya kira, Matador masih akan beraksi lagi, Pak. Seenggaknya satu kali lagi.”
Jawaban Ali itu membuat Damar dan Komisaris terkejut bersamaan.